Makan Bergizi Tapi Tetap Mungil

Pertanyaan Ny Tri, Demak: Saya amat pusing dengan kondisi anak pertama saya. Dalam usia 20 bulan beratnya cuma 7,8 kg. Sewaktu lahir 2,2 kg. Beratnya yang cuma sedikit itu tidak normal. Tentu saja setiap ke posyandu, grafik KMS-nya selalu menunjuk gizi buruk. Padahal, sebagai orangtua, saya tak kurang-kurangnya memberi makanan yang bergizi. Pendeknya, empat sehat lima sempurna sudah tersedia, cuma dia tidak bisa atau tidak mau makan dalam porsi besar, hanya lima atau bahkan tiga suap saja setiap kali makan. 

Susu sehari dia bisa habis 10 botol x 150 ml, bahkan terkadang lebih. Anak saya tidak minum ASI, sejak usia 3 bulan karena saya tinggal bekerja. Vitamin juga sudah saya berikan sampai gonta-ganti merek tiga kali dari yang paling murah sampai yang mahal tetap saja makannya tidak bisa banyak.

Periksa ke dokter? Sudah tuh, berapa dokter spesialis anak saya datangi, saya mintai  saran, siapa tahu anak saya punya penyakit dalam yang tidak terdeteksi. Namun, paru-paru, jantung dan sekitar perut anak saya tidak ada masalah. Apakah ini karena faktor keturunan, ya  Dok, mengingat saya sendiri hanya punya TB/BB 151/44 sedang suami saya 165/60?

Meskipun anak saya kecil tubuhnya, namun tumbuh-kembang otaknya cepat sekali, ingatannya kuat, dia tidak bisa diam lebih dari 5 menit, selalu ada yang dia ingin tahu. Bicaranya? Cerewet amat! Setiap kali mendengar musik dia langsung joget. Anehnya semua ini dilakukan dalam lingkup keluarga saya, kalau ketemu orang asing dia langsung ngambek seperti baterai kehabisan batu.

Mengapa pertumbuhan badan anak saya tidak secepat pertumbuhan otaknya? Apa bisa pertumbuhan badan dipacu? Saya sudah mati-matian mengupayakannya. Saya tidak ingin dokter menjawab seperti dokter anak saya, kalau orangtuanya kecil dipacu dengan apa pun ya tidak bisa jadi besar. Apa betul, Dok? 

Jawaban dr Waldi Nurhamzah, Sp.A: Waduh, luar bisa juga, ya minumnya. Tentu saja kesal kalau tidak juga gemuk. Minum susu sekitar 1-2 liter tentu tergolong banyak, karena sehari 1-2 gelas saja sudah cukup. Tapi mungkin inilah yang membuat kenapa asupannya cuma 3-4 sendok saja soalnya sudah penuh perutnya dengan susu. Sepiring menu empat sehat lima sempurna  kalau cuma dicicipi 1-2 sendok, ya masih belum oke namanya. 

Saya masih ragu-ragu dengan pola makannya yang sebagian masih tanda tanya. Bukankah Ibu sebagian besar tidak berada di rumah selagi siang hari anak Ibu makan? Siapa yang kira-kira memberinya makan, ya? Lalu susu yang 1,5 liter itu pada pukul berapa saja diminumnya? Eh, siapa tahu ada yang korupsi porsi makan dan minumnya? Di Indonesia, jangan kita hanya di perkantoran saja bohong dan korupsi terjadi. Dengan Ibu suapannya cuma 3-4 sendok, dengan orang lain apa lebih banyak atau sedikit? Nafsu  makan yang kurang (karena kenyang dengan susu?) Tidak dijamin akan pulih bila diberi vitamin berbagai merek, jadi tunda dulu keinginan untuk memberinya vitamin berbotol-botol.

Beberapa anak yang berpenampilan gizi buruk atau beratnya sangat di bawah rata-rata, khususnya bila tingginya juga demikian, bisa dihubungkan dengan adanya penyakit lain yang dibawanya sejak lahir. Ini dikenal sebagai penyakit metabolik atau penyakit hormonal. Pemeriksaannya sulit dan umumnya hanya bisa dilakukan di rumah sakit besar provinsi. Semarang tentu bisa, kalaupun diperlukan pemeriksaan laboratorium yang khusus, sering Indonesia tak mampu untuk melakukannya sehingga contoh darah (misalnya) mesti dikirim ke luar negeri dan Ibu mesti bayar tidak murah. Hasilnya baru bisa diketahui beberapa minggu kemudian.

Syukurlah bila kepandaiannya luar biasa. Pada seseorang yang kecil karena penyakit bawaan atau gangguan hormonal umumnya juga terdapat gangguan perkembangan dan intelektualitas, yang tampaknya tak ada pada anak Ibu. Usia 2 tahun memang usia bertanya jadi mohon maklum kalau ia ceriwis dan tidak lelah-lelahnya bergerak. Tentu ia tak perlu diharap begitu bebas di hadapan orang yang tidak dikenalnya. Mungkin juga lantaran ia pernah ditegur (oleh orang lain) ketika bereaksi di hadapan pihak lain (yang tidak semuanya menyenangi anak kecil, bukan?), Sehingga ia jera atau tidak ingin mengambil risiko untuk mendapat teguran ulang.

Kalau semua upaya di atas telah dilakukan dan dokter tak juga menemukan keadaan yang membuatnya kecil, maka terpaksa, terpaksa  lho, saya menoleh ke keberadaan fisik orang tuanya, yang siapa tahu, juga mungil pada mudanya, khususnya ketika semasa balita. Kelihatannya dokter Anda berani (sebagian) mensinyalir.

Kenapa anak Anda kecil, mengingat berat 40 kg bukankah termasuk lumayan ringan? Yang belum tinggalah menyisir kemungkinan lain, kenapa ia kecil seperti yang saya bilang di atas. Cobalah sesekali ke Semarang, berlibur  beberapa waktu sembari memeriksakan anak Ibu. Kalau pasti tak ada penyebab, syukurlah. Cuma, berarti benar juga kata peribahasa, Bapak burik, anaknya rintik. (N)

     

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar