Saat Berteman dengan Kecerdasan Buatan

Dulu para pengusaha ritel harus menunggu seminggu untuk mendapatkan data transaksi sebuah produk. Kini mereka bisa memantau pergerakan harga secara langsung. Mereka juga bisa menurunkan harga secara otomatis ketika pesaing memberikan diskon. Makin hari kita makin hidup berdampingan dan berkolaborasi dengan teknologi kecerdasan buatan. 

Seusai menerbitkan tulisan di laman internet, saya bisa langsung memantau "kinerja" tulisan saya. Dari jumlah pembaca. waktu baca mereka, dan tulisan-tulisan lain yang diminati. Saya bisa mengevaluasi tulisan saya. Saya juga bisa mengetahui waktu orang membaca tulisan saya. Mesin-mesin kecerdasan buatan sudah berdekatan dan bersama dengan kita yang kadang tanpa kita sadari. 

Di dalam dunia bisnis, Boston Consulting Group pernah membuat penelitian. Beberapa interaksi yang ditemukn, antara lain, kecerdasan buatan memutuskan - manusia mengimplementasikan, kecerdasan buatan merekomendasikan - manusia memutuskan, kecerdasan buatan menghasilkan informasi - manusia menggunakan untuk mengambil keputusan, dan manusia memberikan informasi - kecerdasan buatan mengevaluasi.

Kumpulan interaksi ini berdasarkan survei yang dilakukan terhadap sejumah perusahaan yang telah mengimplementasikan kecerdasan buatan. Salah satu yang penting adalah proses awal saat perusahaan mendampingkan teknologi itu dengan manusia yang sudah lama bekerja di bidang yang mulai digantikan oleh kecerdasan buatan. Respons awal biasanyan tidak memuaskan. Vice President Innovating Amerika di DHL, Gina Chung di dalam seminar bertajuk, "Me, Myself, and AI" mengatakan hari pertama kecerdasan buatan dimplementasikan untuk penanganan logistik di bandara adalah hari terburuk. Karyawan tidak yakin bahwa teknologi itu bisa diterapkan.

Meski demikian, Chung dan kawan-kawan menyakinkan bahwa algoritma hanya menjadi lebih akurat dari waktu ke waktu saat fasilitas itu menyerap lebih banyak data yang didapat. Jadi, ketika kita mulai menggunakan kecerdasan buatan, terutama selama uji coba, akurasinya terlihat sangat rendah. Namun, dengan makin banyak data terkumpul, orang makin percaya dan makin memudahkan dalam operasi bisnis. 

Oleh karean itu, di dalam memperkenalkan kecerdasan buatan salah satu hal penting adalah perubahan kultur kerja. CEO Porche Digital Mathias Ulbrich di dalam seminar yang sama mengatakan, kolaborasi antara mesin kecerdasan buatan dan karyawan sangat penting. Seluruh karyawan perlu memahami bagaimana teknologi kecerdasan buatan beroperasi dan dapat menggunakannya.

Oleh karena itu, ketika masuk wilayah tersebut, bukan lagi tugas bagian teknologi, tetapi ini benar-benar kolaborasi antarberbagai kalangan. Sebelum masuk ke kolaborasi, salah satu yang penting adalah membangun kultur kerja yang siap berdampingan dengan fasilitas kecerdasan buatan tersebut.

Di tengah interaksi itu, di perusahaan belakangan yang mulai disoroti adalah soal etika. Pengembangan kecerdasan buatan sangat mungkin akan membuat ada yang tertinggal, ada yang terabaikan, dan juga bisa merusak hubungan manusia. Oleh karena itu, di beberapa perusahaan yang menggunakan kecerdasan buatan mulai dihadirkan ahli etika. 

Rekomendasi dari teknologi kecerdasan buatan tidak selamanya baik dan tidak selamanya dituruti secara membabi buta. Setiap rekomendasi perlu dipahami dan dikaji lebih dalam dampaknya. (ANDREAS MARYOTO)

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar