Kanker Payudara: Deteksi Dini Naikkan Angka Harapan Hidup

JAKARTA, KOMPAS - Kanker payudara tiga negatif atau triple negative breast cancer/TNBC menjadi salah satu subtipe kanker payudara yang sulit diatasi.  Padahal, jumlah kasusnya mencapai 10-20 persen dari total  kasus kanker payudara. Pemahaman publik tentang deteksi  TNBC  sejak dini perlu diperkuat untuk memperbesar angka kelangsungan hidup. 

Kanker dikategorikan sebagai  TNBC  jika sel-sel kanker  tidak memiliki reseptor estrogen, progesteron, serta tidak  memproduksi protein HER 2. TNBC  lebih agresif dibanding  kanker subtipe lain. Sel kanker  dapat tumbuh dengan  cepat, bahkan  tumbuh kembali walau  pasien sudah berobat.

TNBC biasanya sudah menyebar dalam tubuh ketika ditemukan. Dokter spesialis  penyakit dalam hematologi dan  onkologi Ami Ashariati mengatakan, kebanyakan  pasien  terlambat berobat. Padahal, semakin dini TNBC ditemukan dan  diobati, tingkat kesintasan pasien semakin tinggi. 

"Jika pengobatannya tepat dan  TNBC ditemukan  sejak stadium awal, kelangsungan hidup  pasien bisa mencapai lebih dari  95 persen dalam lima tahun," kata Ami pada diskusi daring, Kamis (21/10/2021).

Menurut data Program Surveilans, Epidemiologi, dan Hasil Akhir (SEER) dan The American Cancer Society, tingkat kelangsungan hidup lima tahun pasien TNBC mencapai 77 persen. Namun, jika pasien mengalami TNBC stadium lanjut dengan metastasis, tingkat kelangsungan hidup lima tahun turun menjadi 12 persen.

TNBC sulit diobati karena belum ada terapi yang benar-benar tepat. Meski demikian, perkembangan media memungkinkan adanya obat atau pun terapi untuk TNBC. 

Ami menuturkan, rata-rata TNBC dialami perempuan muda berusia di bawah 40 tahun. Salah satu alasannya karena pola hidup yang tidak sehat. Selain itu, orang muda cenderung terpapar stres dalam jangka waktu panjang.

"Selain usia, faktor risiko lain adalah riwayat kanker sebelumnya dan riwayat di keluarga. Orang yang memiliki kakak, adik, atau ibu dengan TNBC berisiko empat kali lebih tinggi (terhadap TNBC). Tapi, belum tentu orang itu akan kena kanker," kata Ami. "Sebaliknya, ada kalanya orang yang tidak punya faktor risiko bisa kena kanker payudara," tambahnya.

Kelola risiko

Pola hidup tidak sehat seperti konsumsi makanan tidak bergizi, konsumsi alkohol, dan merokok juga menjadi faktor risiko terjadinya kanker.  

Risiko kanker dapat dikelola dengan menerapkan pola hidup sehat individu diperbolehkan makan makanan yang  diinginkan, tetapi tidak boleh berlebihan. Makanan yang dikonsumsi juga harus bergizi seimbang.

Ami juga mendorong agar individu bijak mengelola stres karena stres dapat menurunkan daya tahan tubuh. Stres jangka panjang pun dinilai sebagai kontribusi kanker.

Orang yang memiliki fakto risiko kanker didorong rutin memeriksakan diri, baik secara mandiri maupun ke dokter. Gejala TNBC serupa dengan jenis kanker payudara lain, seperti ada benjolan baru di payudara atau ketiak, penebalan atau pembengkakan di payudara, iritasi di kulit payudara, nyeri di area puting, perubahan ukuran atau bentuk payudara, serta keluar cairan selain ASI dari puting.  

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Aru Wisaksono Sudoyo mengatakan, kanker payudara merupakan jenis kanker dengan angka kejadian tertinggi di dunia dan Indonesia. Hal ini perlu mendapat perhatian serius karena bila terlambat diobati pengobatan akan sulit dan mahal.

"Kami berharap masyarakat melakukan pencegahan kanker dengan menerapkan pola hidup sehat dan melakukan deteksi dini kanker. Sebab, kanker yang ditemukan dalam stadium dini mudah diobati, bahkan bisa sembuh," tutur Aru.  

Sementara itu, Managing Director Merck Sharp and Dohme (MSD) Indonesia George Stylianous mengatakan pihaknya, berkomitmen mengevaluasi pengobatan inovatif berdasar pada imunoterapi. Kerja sama dengan YKI ia berharap dapat meningkatkan kesadaran publik terhadap kanker payudara.

Berdasarkan data Global Cancer Observatory (Globocan) 2020, kasus baru kanker payudara di dunia mencapai lebih dari 2,2 juta kasus dengan angka kematian mencapai 684.996 kasus.

Sementara kasus baru kanker payudara di Indonesia mencapai 65.858 kasus dengan 22.430 kasus kematian. Dibandingkan jenis-jenis kanker lain, kanker payudara paling banyak diderita masyarakat (SKA).   

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar