Si Kecil Nyeri Kaki
Pertanyaan Ny Ella, Semarang: Saya salah satu dari pembaca NOVA yang setia. Saya pernah membaca NOVA tentang vlek. Saya sangat tertarik tentang hal tersebut karena kebetulan saya mengalami kasus serupa. Saya mempunyai anak berusia 6 tahun dengan berat badan 20 kg, dan tinggi badan sekitar 100 cm, pada 3 minggu yang lalu lutut kanannya nyeri sehingga tidak bisa digerakkan. Bahkan untuk duduk pun tidak mampu. Pada mulanya sebelum sakit dia terpeleset dan mengakui kakinya agak sakit buat jalan. Setelah itu keesokan harinya dia bersepeda dengan jarak kurang lebih 3 km pulang pergi, dan keesokan harinya dia merasa lutut kanannya nyeri dan tidak bisa digerakkan.
Karena khawatir ada apa-apa maka saya membawanya ke rumah sakit untuk di Rontgen kaki, tulang panggul dan dada. Hasil Rontgen tulangnya dinyatakan normal tidak ada keretakan dan pada Rontgen dada terdapat bercak di seluruh dada. Dokter mendiagnosis dia kena tuberkulosis tulang. Dia merasakan nyeri yang sangat luar biasa dan rasa sakit itu hilang setelah diberi sirup mefenamat. Ketika saya mengkonsultasikan hal tersebut kepada dokter saraf, dikatakan tidak apa-apa. Dia juga sempat diopname selama 4 hari di rumah sakit karena rasa sakitnya tersebut.
Setelah pulang dari rumah sakit kami juga diberi obat puyer anti inflamasi untuk TBCnya dari dokter. Dua hari kemudian ganti kaki kirinya yang sakit. Adapun hasil tes terlampir. Obat-obat yang diberikan pirazinamid 500 mg, rifampisin 600 mg. Apa sebenarnya sakit anak saya dan kenapa rasa nyerinya berpindah dari kaki kanan ke kiri? Apakah pemeriksaan dan pengobatan yang kami lakukan sudah benar? Sampai sekarang pun jalannya masih agak pincang dan rasa nyerinya sering kambuh. Terima kasih.
Jawaban Dr. Waldi Nurhamzah, Sp.A: Barangkali sudah sekian kalinya ya saya membahas penyakit tuberkulosis di rubrik kita ini. Terus terang saya juga tertarik membaca cerita Ibu, yang menyatakan bahwa tulang anak Ibu terserang tuberkulosis. Banyak hal yang tidak jelas dari cerita Ibu yang membuat saya juga ingin bertanya lebih jauh tentang keadaan sakit anak Ibu, khususnya tentang kakinya.
Saya ingin memastikan apakah yang diderita anak Ibu itu nyeri di kaki atau di tungkai. Untuk seusia anak Ibu, cukup besar perbedaan penyakit yang bermula dengan nyeri di tungkai, sendi atau di kaki, bahkan di sendi panggul. Beberapa kali Ibu mengatakan nyeri pada kaki tetapi kemudian Ibu mengatakan nyeri lutut. Mana yang benar ya? Bukankah letak lutut jauh dari kaki?
Berhubung masyarakat masih mencampur-adukan kata tungkai dengan kaki saya berasumsi bahwa nyeri yang anak Ibu alami adalah nyeri tungkai, karena masyarakat sering menyebutkan kaki bila yang dimaksud tungkai. Kaki adalah bagian anggota badan bawah yang dipakai untuk menapak, bukan? Sedangkan tungkai adalah bagian anggota badan bawah yang terdiri dari paha, lutut, dan betis.
Membaca bahwa lututnya nyeri maka saya menebak sangat mungkin nyeri tersebut berasal dari tungkai sekitar lutut. Betul? Ketika tungkai anak Ibu difoto dikatakan bahwa tidak terdapat patah tulang atau semacamnya? Syukurlah bila demikian. Pada nyeri di lutut/tungkai adalah bagus bila foto juga dilakukan dalam beberapa posisi. Beberapa jumlah foto lutut/tungkai yang Ibu peroleh? Bila foto dilakukan dari samping, sangat mungkin penyebab nyerinya terjawab.
Foto dada yang buruk tidak berarti pemiliknya pasti mengidap tuberkulosis. Tidak dianjurkan menentukan penyakit tuberkulosis pada anak hanya dengan bantuan foto (Rontgen) dada. Ada pemeriksaan yang lebih penting yang wajib dilakukan, yakni tes Mantoux. Juga penyisiran lewat wawancara terarah kepada orangtua dan pemeriksaan badan rinci pada pasien wajib dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium mungkin diperlukan walau hasilnya tidak selalu mencerminkan penyakit tuberkulosis. Hasil laboratorium yang Ibu sertakan kelihatan baik-baik saja, hanya laju endap darah memang tinggi. Sayangnya laju endap darah yang tinggi bisa terjadi karena berbagai sebab, reaksi peradangan (karena infeksi atau bukan) adalah salah satunya.
Mengingat tak terlihat jelas adanya kerusakan pada foto kaki, dan kejadian ini menimpa saat anak terpeleset, saya ingat sebuah kelainan yang ditandai dengan nyeri sangat (pada tungkai - khususnya dekat tempurung lutut - yang umum terjadi pada anak pra pubertas yang sedang bermain atau beraktivitas cukup kuat. Penyakit ini diakibatkan oleh lepasnya jangkar (insersio) otot paha yang terdapat persis di bawah tempurung lutut. Anak tak bisa bangkit, tak bisa menekuk lututnya, tak mampu naik tangga dan semua kegiatan yang berkaitan dengan menekuk lutut. Kelainan ini umumnya terlihat dengan mengambil foto Rontgen lutut dari samping. Nama penyakit ini Osgood Schlatter, bisa menyerang kedua tungkai atau hanya sebelah. Pengobatannya yang sederhana saja, lutut diistirahatkan beberapa minggu (tidak lari-lari, tidak naik tangga), kalau perlu jalan pakai tongkat. Obat yang mungkin perlu diminum adalah obat pereda nyeri - itu pun mungkin tak perlu rutin. Obat pereda nyeri yang lebih aman adalah parasetamol atau asetaminofen daripada asam mefenamat.
Omong-omong kalau benar tuberkulosis tulang mestinya kelainan tulang yang didapat di foto Rontgen akan sangat jelas, bahkan lebih jelas daripada penyakit Osgood ini. Jadi bagaimana sekarang ? Sudah sekian lama waktu berjalan ya. Apakah masih nyeri juga? Tentu saja tebakan saya bisa salah, bahwa penyakit yang dideritanya bukan Osgood tetapi lainnya. Kelainan dapat berasal dari sendi itu sendiri, jadi bukan di dekat sendi seperti pada Osgood). Ada penyakit rematik yang bisa menyerang sendi anak-anak, walaupun tidak sesering Osgood. Sendi kelihatan bengkak dan kemerahan, serta nyeri bila ditekan. Nyeri sendi ini berpindah-pindah. Untuk itu perlu pemeriksaan yang ruwet dan mahal serta (celakanya) pengobatannya pun juga lama dan serius.
Apakah obat tuberkulosisnya masih diminum? Saya berharap Ibu mencoba kembali menghubungi dokter Ibu dan tanyakan tentang kelainan jangkar otot yang saya ceritakan ini, atau perihal rematik pada anak. Mungkin juga perlu evaluasi ulang tentang tuberkulosisnya, siapa tahu ternyata bukan tuberkulosis. Bukankah dokter bisa saja khilaf?
Bicara soal pengobatan tuberkulosis pada anak, menurut panduan untuk pengobatan tuberkulosis paru pada anak di Indonesia yang dikeluarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (sampai dengan tahun 2005) tak pernah dimulai hanya dengan memberikan dua jenis obat saja Bahkan kalau untuk tuberkulosis tulang diperlukan 4 jenis obat. Juga tentang dosisnya saya tidak sepakat; tampaknya ada yang kelebihan ya, sebab untuk anak dengan berat 20 kg dosis rifampisin biasanya sekitar 200-300 mg. Ada baiknya hal ini ditanyakan kembali kepada dokter Ibu; bila dokter sudah yakin anak menderita tuberkulosis apakah obatnya cuma dua macam saja dan dosisnya sekian. Mungkin saja beliau menggunakan pedoman pengobatan yang berbeda?
@NOVA