Waspadai Gaya Hidup Pemicu Wasir

Faktor risiko hemoroid atau wasir sangat bervariasi, mulai dari genetik, anatomi, kehamilan, hingga gaya hidup masa kini yang abai terhadap berbagai masalah kesehatan. Yuk, ketahui gejala dan cara mengatasinya. 

Problem wasir kerap menimpa warga lanjut usia karena anatomi yang sudah menurun, baik secara fungsi maupun fisiologis.

Namun, ini bukan berarti mereka yang masih muda terbebas begitu saja dari wasir. Apalagi, gaya hidup saat ini yang dijalani usia produktif kerap memicu risiko terjadinya peningkatan wasir di umur yang terbilang muda. 

Hal ini diungkapkan oleh Dr. Yarman Mazni, Sp.B-KBD, staf pengajar Departemen Ilmu Bedah FKUI/RSCM. Menurut Dr. Yarman, wasir adalah suatu tonjolan atau bantalan dari anus yang disebut dengan istilah anal cushion atau bagian anus yang menonjol keluar.

"Definisi ini sekalipun membantah persepsi lama tentang wasir yang menyebutkan wasir itu suatu pelebaran dari pembuluh darah di anus. Yang benar, wasir adalah penonjolan bantalan dari anus yang keluar, bukan pembuluh darahnya, " jelas Dr. Yarman kepada Media Kawasan.

"Ada faktor-faktor predisposisi yang membuat  wasir terjadi. Bisa karena kebiasaan sehari-hari, terutama yang berhubungan dengan buang air besar atau BAB. Misalnya, kalau BAB keras, orang pasti cenderung mengedan yang membuat anal cushion menonjol keluar, kata Dr. Yarman.

"Faktor usia juga berpengaruh mereka yang berusia 60 tahun ke atas punya riisko lebih besar terhadap wasir. Ini karena semakin lanjut usia, maka fungsi anatominya sudah semakin menurun," papar Dr. Yarman.  

Selain faktor genetik dan usia, faktor lain seperti mengedan dan kehamilan juga berpotensi memicu wasir. Pada ibu hamil, wasir bisa terjadi karena tekanan rahim ke anus menjadi lebih besar. Mengedan sering pula terjadi pada perempuan yang melahirkan normal. 

Risiko wasir juga lebih besar pada mereka yang kurang minum dan rendah konsumsi seratnya karena kurang sayur dan kurang buah. Begitu pula dengan kebiasaan sehari-hari, salah satunya penggunaan toilet duduk dalam waktu lama, misalnya sambil main gadget.

"Dalam keadaan duduk di kloset, posisi anus terbuka dan ada tekanan dari atas sehingga mempermudah terjadinya penurunan anal cushion," kata Dr. Yarman.  

Itulah sebabnya dianjurkan menggunakan toilet jongkok dibandingkan toilet duduk, karena pada toilet jongkok posisi panggul akan terjepit sehingga saat ada tekanan dari atas tidak serta merta jatuh ke bawah. Selain itu dalam keadaan jongkok, orang tidak mungkin berlama-lama berada di toilet karena pasti cepat pegal. Lain halnya toilet duduk yang lebih nyaman sehingga membuat orang berlama-lama berada di sana.

Sering mengejan mengakibatkan bantalan fibrovaskular menebal dan terjadi pelebaran pembuluh darah. Selanjutnya, dapat terjadi prolaps atau penonjolan jaringan hemoroid.

Lebih jauh, Dr. IGA Nari Laksmi Dewi, Sp.B, dari RSU Bunda Jakarta, mengungkapkan  beberapa gejala khas  dari wasir. Di antaranya perdarahan dubur, rasa mengganjal, nyeri, prolaps, dan gatal.

Menurut pakar yang akrab disapa Dr Laksmi ini, tekanan yang berlebihan di daerah dubur dapat disebabkan oleh berbagai kondisi seperti kehamilan, mengangkat beban, obesitas, konstipasi atau sembelit, diet, diare kronis, posisi duduk tidak nyaman atau berdiri yang lama, dan faktor genetik.

Secara spesifik, Dr Laksmi menyebutkan bahwa hemoroid atau wasir pada kehamilan umumnya terjadi akibat tekanan pertumbuhan janin pada pembuluh darah hemoroid. Selain itu, pada ibu hamil, terjadi peningkatan kadar hormon kehamilan yang melemahkan dinding vena di bagian anus.

"Banyak ibu hamil yang menderita hemoroid setelah usia kehamilan enam bulan karena adanya peningkatan tekanan vena dalam area panggul. Begitu juga pada proses persalinan akibat tekanan bayi yang kuat. Komplikasi setelah melahirkan juga bisa memicu hemoroid," papar Dr. Laksmi kepada Media Kawasan. 

"Misalnya, bengkak di daerah vagina dan bagian anus yang kerap menyebabkan ibu menunda buang air besar, sehingga memicu terjadinya sembelit dan wasir, anamnesa, atau riwayat penyakit lain,"ujar Dr Laksmi.    

Kedua pakar ini menyebutkan empat derajat penyakit wasir, tergantung berat-ringannya.

"Derajat satu ditandai darah segar yang menetes. Derajat dua selain berdarah mulai ada benjolan. Derajat tiga benjolann sudah membesar dan keluar tetapi masih bisa dimasukkan secara manual. Derajat empat, sudah keluar tapi terjepit sehingga tidak bisa lagi didorong ke dalam," papar Dr. Yarman.

Dr. Laksmi mengungkapkan klasifikasi derajat hemoroid interna, derajat 1 ditandai dengan pelebaran pembuluh darah, pembengkakan tetapi masih di atas linea dentata, dapat terjadi perdarahan yang tidak nyeri.

Linea dentata adalah garis pertemuan antara permukaan usus besar di sisi dalam dan permukaan kulit di sisi luar. Jika benjolan berasal dari atas linea dentata, maka hemoroidnya termasuk hemoroid interna. Sebaliknya, jika benjolan berasal dari bawah linea, dentata hemoroidnya termasuk hemoroid eksterna.

Jangan keburu menganggap bahwa semua perdarahan dari anus sebagai wasir.

Sementara itu, derajat dua ditandai dengan prolaps di bawah linea dentata, keluar pada saat defekasi tetapi dapat kembali secara spontan. Derajat tiga berupa keluar secara spontan pada saat defekasi tetapi dapat dikembalikan secara manual. Terakhir, pada derajat 4, prolaps permanen tidak dapat dikembalikan secara manual, biasanya disertai thrombosis.

Untuk menegakkan diagnosis wasir, menurut Dr. Laksmi, ada sejumlah pemeriksaan yang bisa dilakukan. Antara lain, pemeriksaan fisik berupa inspeksi dan colok dubur, pemeriksaan dengan teropong yaitu anuskopi, proktoskopi, rektoskopi, rontgen (colon inloop), dan atau kolonoskopi, pemeriksaan darah, urin, dan feses sebagai pemeriksaan penunjang.

Pilihan jenis terapi pun beragam, disesuaikan dengan derajat wasir.

Dr. Laksmi memaparkan, tata laksana wasir derajat 1 bisa dengan diet yang tepat, bowel management, dan symptomatic therapy. Derajat 2 dengan slerotherapy dan rubber band ligation. Derajat 3 diterapi dengan sclerotherapy, rubber band ligation. Derajat 4 diobati dengan laser Hemorroidtectomy dan stapled.    

"Rubber band ligation merupakan prosedur poliklinis. Selain mudah dan lebih murah, ini adalah metode non-operatif yang paling umum digunakan dibanyak negara," ungkap Dr. Laksmi.   

Sementara itu, menurutnya, terapi medikamentosa juga perlu dilakukan dengan menggunakan krim topikal hemoroid atau supositoria. Pada prinsipnya, obat-obatan ini membantu memberikan lubrikasi untuk mengurangi iritasi dan gesekan. 

Hemoroidtektomi atau pembedahan dilakukan pada hemoroid derajat 3 atau 4. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada penderita dengan peradangan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan cara terapi lain yang lebih sederhana. Biasanya, hanya sekitar 10 persen pasien yang memerlukan tindakan pembedahan. 

Apa pun pilihan terapi medisnya, Dr Laksmi mengingatkan bahwa terapi suportif tetap dibutuhkan, seperti modifikasi diet dan pola hidup. Peningkatan serat dalam makanan berguna untuk menghaluskan gerakan serta mengurangi konstipasi dan regangan. 

Selain itu, hindari mengejan serta membaca atau bermain gadget di dalam toilet. Terapi lain seperti berendam dengan cara duduk dalam air hangat selama 10 menit, menggunakan kertas basah yang mengandung witch hazel - suatu astringen alami yang cukup efektif mengatasi wasir.

Pesan serupa diberikan oleh dr. Yaman "Pengobatan konservatif atau nonmedika mentosa tetap dibutuhkan, antara lain dengan mengubah pola makan dan gaya hidup lainnya. Sebab, setelah diterapi medis, ada kemungkinan untuk kambuh kembali jika pola hidupnya tidak diubah," ujarnya.

Yang tak kalah penting, jangan keburu menganggap bahwa semua perdarahan dari anus sebagai wasir, sebelum dibuktikan ada penyakit lain yang gejalanya mirip. Jalan terbaik adalah begitu merasakan gejala tak biasa, segera periksakan diri ke dokter yang tepat. ME  

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar