Membagi Kasih Sayang pada Dua Anak

Pertanyaan Astri L, Jakarta: Ibu Kasandra yang saya hormati, Saya adalah Ibu dari dua orang anak. Suami bekerja, sedangkan saya mengurusi rumah tangga dan dua anak kami. Putri pertama  kami saat ini berusia empat tahun. Sementara si bungsu yang juga berjenis kelamin perempuan berusia 2,5 tahun.

Peristiwa yang baru saja saya alami ini cukup membuat saya bingung dalam menentukan sikap sebagai Ibu. Dalam keseharian, saya berusaha mendidik anak untuk bisa mandiri. Meski kedua buah hati kami masih di bawah usia lima tahun, saya juga menekankan aspek keadilan pada mereka.

Yang menjadi masalah saya saat ini yaitu pada cara membagi kasih sayang dan perhatian ke mereka. Pada sang kakak, saya sering menanamkan rasa kasih sayang kepada adiknya. Adapun pada si adik, saya juga telah memberikan nilai untuk menghormati kakak sebagai orang yang perlu ia hormati.   

Namun, saya sadari bahwa hal ini saja ternyata tidak cukup. Sebagai contoh, dalam urusan perhatian secara otomatis saya lebih banyak memberikannya pada si bungsu karena tentu ia lebih membutuhkan bimbingan. 

Dampak lebih jauh, sekarang si kakak ini sepertinya "lari" dari saya dan lebih dekat ke ayahnya. Bahkan, nasihat-nasihat saya sudah tak mempan. Sulit sekali mengatur perilakunya. 

Yang ingin saya tanyakan, apakah ada yang salah dalam pola asuh saya ini, Bu? Jika demikian, mohon saran terbaiknya agar bisa membagi kasih sayang pada dua buah hati saya tanpa menyakiti perasaan salah satunya.

Jawaban A. Kasandra Putranto: Ibu Astri yang baik, sesungguhnya rencana dan niat baik Ibu untuk bersikap adil dan tidak membedakan anak sebenarnya sudah baik dan benar. Sayangnya, pelaksanaan rencana tersebut tidak berjalan sempurna karena tanpa sadar Anda membuat rencana tandingan berdasarkan keyakinan bahwa sang adik lebih membutuhkan bimbingan lebih banyak dari kakaknya. Keyakinan yang kurang tepat ini membuat Ibu gagal melaksanakan rencana keadilan yang sudah Ibu  tekankan pada anak-anak.

Sementara itu, pada usia empat tahun, putri sulung Ibu sedang mengalami banyak tugas perkembangan yang saling mempengaruhi satu sama lain, yang sebenarnya memerlukan pemahaman lebih terhadap kondisinya antara lain: Umumnya anak pada usia ini sedang mengembangkan konsep awal kepribadiannya. Mereka mulai menyadari adanya fungsi id, ego dan superego. Id adalah dorongan primitif dalam diri yang menuntut pemenuhan kebutuhan segera, superego adalah nilai-nilai norma sosial, budaya dan moral yang ditanamkan ke dalam diri, sementara ego adalah fungsi yang menyeimbangkan antara id dan superego. Pada usia ini, anak mulai menyerap nilai-nilai moral tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

2. Ia juga berada dalam tahap perkembangan psikososial 'Toddlerhood", yang mengandung Initiative vs Guilt, seiring dengan tugas belajar tentang superego, kondisi ini ternyata mudah mengandung konflik dalam proses perkembangan kemandiriannya. Ketika ia sedang mencoba suatu perilaku yang menandai proses pertumbuhan inisiatifnya, namun ternyata perilaku tersebut dianggap salah, maka ia akan semakin jauh dari kemampuan mengembangkan inisiatif. Sebaliknya ia justru mengembangkan perasaan bersalah yang juga membuatnya makin kehilangan kesempatan untuk menjadi mandiri. Keberhasilan menyerap nilai moral dan kemampuan mengendalikan diri membuat anak dapat diharapkan mampu mengembangkan fungsi ego yang baik dalam kepribadiannya agar dapat memilih hal-hal yang tidak baik dalam kehidupannya.

3. Sementara proses perkembangan kapasitas kognitifnya ditandai dengan semakin matangnya konsep berpikir pre-operasional, dan masuk ke tahap operasional konkrit. Ia mulai memahami hubungan sederhana antara satu fakta dengan fakta lain. Dengan kata lain ia juga mulai mengembangkan daya pikir mandiri yang mendorongnya untuk mencari pemahaman sederhana tentang diri dan lingkungannya.

4. Proses perkembangan emosi yang khas dipahami melalui pendekatan psikodinamika, yaitu bahwa setiap anak pasti harus melalui berbagai kejadian yang mungkin tidak menyenangkan dalam hidupnya dan mereka harus belajar bagaimana mengatasi emosi mereka. Sementara pendekatan 'social learning' menambahkan adanya peran fungsi konsekuensi (reward dan punishment) dalam proses perkembangan perilakunya.

Dengan keempat kondisi di atas, tampaknya anak sulung Ibu mulai memahami perbedaan kualitas perhatian dan sikap Ibu. Padahal, di samping ia membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang sama banyaknya, ia juga membutuhkan dukungan yang hangat dan pengertian yang dalam terhadap setiap kejadian dalam hidupnya. Mungkin tentang persaingan dengan sang adik, mungkin tentang kesepatan ke luar rumah, atau tentang hal lain.

Sikap Ibu yang mengurangi perhatian terhadapnya mudah diterjemahkan sebagai bentuk penolakan Ibu terhadapnya yang pada akhirnya direfleksikan dalam bentuk sikap dan perilakunya yang juga menolak Ibu. Ketika mulai merasakan takut dan cemas, yang ia butuhkan adalah dekapan hangat Ibu untuk menentramkan dan meyakinkan bahwa segala sesuatu akan baik-baik saja, bukan sekedar nasihat lisan tentang kakak sudah besar, tidak boleh cengeng dan seterusnya.

Kesulitan Ibu mengatur perilakunya tampaknya juga merupakan salah satu bentuk protes terhadap ketidakkonsistenan Ibu terhadapnya. Ibu berkata adil, namun berlaku tidak adil. Ibu mungkin memberi punishment justru kepada bentuk inisiatif yang memang sedang  dalam tahap belajar sehingga ia kehilangan semangat untuk mempelajari lebih jauh tentang pentingnya perilaku yang baik.

Oleh karena itu, renungkan kembali bahwa kedua anak Ibu memerlukan perhatian dan bimbingan yang sama besarnya. Apalagi usia mereka juga tidak terpaut jauh. Benar-benar dampingi mereka untuk menjalani tugas-tugas perkembangan mereka yang khas. Berikan contoh kongkrit, terutama dengan sikap dan perbuatan. Semoga berhasil.

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar