Melatih Otot, Mencegah Diabetes

MEMILIKI tubuh padat berotot tidak hanya menunjang penampilan. Lebih daripada itu, membentuk otot tubuh juga penting untuk mencegah diabetes melitus. 

Dokter spesialis penyakit dalam Aris Wibudi menjelaskan otot merupakan penyangga metabolik yang paling utama dalam tubuh kita, sebab otot memiliki kemampuan menyerap dan membakar zat gula yang berasal  dari makanan untuk dipakai sebagai energi. Kalau tubuh kita minim otot, energi yang harusnya dibakar akan tertimbun sebagai lemak.  

"Penumpukan lemak, gangguan fungsi otot, serta liver merupakan pemicu kerusakan kelenjar pankreas, penghasil hormon insulin yang diperlukan tubuh untuk memasukkan zat gula di darah ke sel-sel tubuh," kata Aris pada diskusi kesehatan yang diselenggarakan suplemen Mediabetes di Jakarta, Senin (21/9).

Ketika pankreas rusak, produksi insulin kurang, gula dalam darah tidak dapat dimasukkan ke sel-sel tubuh. Gula itu menumpuk di darah hingga kadarnya melebihi normal. Itulah diabetes.

Karena itulah, lanjut Aris, otot harus senantiasa dilatih agar massanya ideal. "Semakin jarang kita menggunakan otot, semakin berkurang massa dan kualitas otot. Semakin kecil massa otot, semakin kecil pula penyangga metabolik," imbuh dokter dari RSPAD Gatot Subroto Jakarta, itu. 

Cara melatih otot ialah dengan berolahraga rutin. "Tidak harus ke gym, tapi usahakan melatih otot di semua bagian tubuh agar proporsional," jelasnya. 

Dokter kepresidenan di era Susilo Bambang Yudhoyono itu menyarankan olahraga dilakukan minimal lima kali seminggu dengan durasi 30-45 menit. Olahraga sebaiknya dilakukan 1 jam setelah makan, ketika makanan sudah terserap usus. 

Saat olahraga, lanjutnya, usahakan denyut nadi pada rentang efektif. Rumusnya, 220 dikurangi umur, hasilnya dikali 0,65 sampai 0,7. "Kalau denyut nadi per menit di atas rentang itu, yang dibakar bukan lemak, melainkan karbohidrat. Kalau kurang olahraga tidak efektif."

Obat herbal

Pada diskusi itu, Aris juga membahas penggunaan obat herbal dalam terapi diabetes. Menurutnya, boleh boleh saja obat herbal dipakai, tapi  harus dipastikan mekanisme kerja obat herbal itu tidak sama dengan obat medis yang tengah dikonsumsi, sebab mekanismenya sama, dikhawatirkan total dosis terapinya menjadi lebih tinggi. Hal itu berbahaya bagi pasien.

Oleh karena itu, pengguna obat herbal sebaiknya tetap kontrol ke dokter, "silakan pakai obat herbal, tapi dua minggu sesudahnya kontrol. Jika gula darahnya membaik, silakan lanjutkan. Kalau herbalis dan dokter dapat bekerja sama, alangkah baiknya, jadi pasien tidak bingung. 

Pada kesempatan sama, herbalis Daun Hijau Mediabetes, Antony Kiro menjelaskan ada sejumlah tanaman herbal yang terbukti mampu mengontrol kadar gula darah, salah satunya, yaitu bratawali atau andawali.

"Pada studi fase II yang dilakukan Hamdan Noor dkk, penurunan ini mungkin terjadi karena bratawali memiliki efek merangsang pengeluaran insulin di pankreas. Dengan demikian, pemberian bratawali sebagai pendamping gaya hidup sehat dan obat-obatan diharapkan dapat membantu menurunkan kadar gula dalam darah lebih jauh" jelas Antony.

Selain bratawali, lanjutnya bahan herbal lain yang memberikan manfaat bagi penderita diabetes, yakni jombang jati Belanda, dan goji berry. (*/H-3)

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar