AUTISME. Intervensi Tepak sejak Dini Kunci Pemulihan

JAKARTA, KOMPAS - Penyandang autisme dapat dipulihkan dengan intervensi tepat. Kuncinya deteksi sejak dini dan terapi intensif. 

"Autisme tak bisa disembuhkan, itu paradigma lama. Dengan paradigma baru, penyandang autisme bisa diterapi dan kembali seperti orang normal lain. Sudah ada penelitian ilmiahnya dan ada berbagai bentuk terapi," kata psikiater Kresno Mulyadi pada seminar "Autisme Dapat Disembuhkan", di Jakarta, Sabtu (7/6). Seminar diselenggarakan Lions Club, Kompas-Gramedia, dan RS Omni Alam Sutera.

Kresno menunjuk metode applied behaviour analysis (ABA). Terapi diterapkan pertama kali oleh Ivaar Lovaas pada 1982 bagi anak autisme berusia kurang dari empat tahun. tingkat keberhasilan 89 persen.

Metode ini diawali penilaian kondisi, selanjutnya disusun kurikulum sistematik terstruktur, dan terukur. Selain metode ABA, ada juga metode seperti terapi wicara dan musik. 

"Anak penyandang autisme dilatih melakukan hal sederhana  misalnya duduk dan menatap mata. ada instruksi dan imbalan dari terapis kepada anak. Kunci metode ini pada penilaian kondisi anak dan terapi pertama," kata Arneliza Sutadi, praktisi intervensi berbasis metode ABA.

Menurut Arneliza, terapi dilaksanakan 40 jam dalam satu minggu dan dibarengi diet ketat. Anak tidak makan atau minum yang mengandung terigu, cokelat, dan susu. Terpenting, orangtua mendukung penuh terapi.

"Tujuan utama terapi ini mengembalikan kemampaun berkomunikasi anak agar bisa bergaul, sekolah, dan berorganisasi," urai Kresno yang juga menulis buku Autism is Curable.

Salah satu penyandang autisme yang diterapi ABA adalah Rendy Ariesta (17). Dideteksi autis sejak berusia 2 tahun 10 bulan, ia kini lulus SMA negeri dan siap masuk perguruan tinggi mengambil jurusan Kimia.  

"Waktu kecil seperti mudah bosan. Jika nilai di sekolah tak sesuai keinginan, emosi disalurkan dengan membanting buku," kata dia didampingi ibunya, Deswita. Rendy diterapi intensif ABA selama dua tahun.

Menurut ahli jangan sekaligus Guru Besar Teknologi Pangan IPB FG Winarno, guna meminimalisasi munculnya autisme, ibu hamil harus dapat asupan gizi cukup, terutama sayuran dan buah. "Bagi penyandang autisme hindari bahan makanan mengandung gluten dan kasein" ujarnya. Gluten adalah sejenis protein pada padi-padian, sedangkan kasein ada pada produk berbahan dari susu hewani. (A12)  

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar