Pentingnya Rasa untuk Pangan

RASA  menjadi salah satu faktor penting bagi masyarakat untuk menyukai suatu produk pangan. Sebelum dipasarkan, sebuah produk diteliti terlebih dulu secara sensoris agar dapat diterima konsumen. Dengan demikian, tidak semata gizi yang terkandung dalam makanan dan minuman itu, tapi juga pertimbangan rasa enak atau tidak agar bisa diterima konsumen.

"Saat di sini di laboratorium gizi dengan spesifikasi lebih ke sensoris. Penelitian yang saya lakukan lebih ke hal-hal terkait dengan gizi dan sensoris," terang dia.  

Ia mencontohkan, sebelum diteliti secara sensoris, produk itu masih memiliki kelemahan, yakni rasa langu. Karena itu, kelemahan tersebut harus dihilangkan terlebih dulu supaya bisa diterima konsumen.  

"Setiap pengembangan produk baru pasti diikuti pengkajian sifat-sifat sensoris," kata dia.

Susu bukan satu-satunya produk yang dicari alternatifnya. Indyah mencontohkan berbagai produk lain yang tengah dikembangkan. Salah satunya bakso. Jika selama ini bakso terbuat dari daging sapi, bakso alternatif yang tengah dikembangkan terbuat dari daging lain, seperti lele. meski begitu, sifat kedua bakso itu mirip.  

Contoh lainnya, kata Indyah, ialah  roti. Saat ini banyak dikembangkan roti dengan bahan baku selain terigu. Program Studi (Prodi) Teknologi Pangan terus mengembangkan produk dengan bahan baku lokal, seperti roti dari ubi-ubian, jagung, dan sorgum. 

Jika produk roti tersebut tidak diteliti secara sensoris, konsumen akan kecewa dengan rasanya. Pasalnya, mereka sudah terbiasa dengan roti yang terbuat dari terigu.

"Jika orang sudah terbiasa makan roti berbahan terigu, ketika makan roti berbahan ubi atau bahan lokal lain. Meski penelitian terus dilakukan, keberhasilan pengembangan produk itu tergantung penerimaan dari para konsumen.

"Kendala yang dialami saat ini ialah mengubah sudut pandang konsumen tentang produk baru yang dikembangkan," kata dia. Indyah mengaku tidak mudah mengubah pola pikir masyarakat tentang sebuah produk yang telah lama digunakan kemudian beralih ke produk baru.

Di sisi lain, serbuan produk dari luar menjadi salah satu  kendala pengembangan produk dari bahan baku lokal. Sebagian besar warga yang masih beranggapan produk dari luar lebih baik daripada produk dari dalam negeri.

Ia mengatakan, mengubah pola pikir dan kebiasaan masyarakat agar menggunakan produk baru memerlukan waktu dan proses yang tidak singkat. (AT/M-5)

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar