Perubahan Perilaku agar Hidup Sehat Minim. Kebiasaan Merokok Memicu Penyakit Tak Menular
JAKARTA, KOMPAS - Keadaan hidup sehat penduduk Indonesia dinilai relatif tinggi. Namun tindakan mengubah perilaku untuk hidup sehat masih minim. Akibatnya, angka kasus penyakit terkait gaya hidup seperti diabetes, penyakti jantung, dan obesitas masih tinggi.
Temuan itu berdasarkan penelitian kesehatan tentang Indeks Kesehatan Asia (Asia Health Index) PT Sun Life Financial Asia. Hal itu dipaparkan Presiden Direktur PT Sun Life Financial Indonesia Eddy Belmans, di Jakarta, Rabu (22/10).
Penelitian itu dilakukan terhadap lebih dari 5.000 responden dari Indonesia. Tiongkok, Filipina, Malaysia, Vietnam, Singapura, Thailand dan Hongkong dengan rentang usia responden 25-55 tahun. Di Indonesia, penelitian dilakukan terhadap 729 orang di Jakarta, Bekasi, Bandung, Surabaya, dan Medan.
"Sekitar 60 persen responden menyebutkan olahraga merupakan hal penting agar hidup sehat. Namun, di Indonesia, 44 persen tak berolahraga karena berbagai alasan," ujarnya.
Berdasarkan hasil riset itu, ada tiga masalah kesehatan utama yang pernah dialami keluarga di Indonesia. Jumlah keluarga responden di Indonesia yang memiliki anggota dengan diabetes 26 persen, mempunyai anggota dengan masalah kelebihan berat badan atau obesitas 23 persen, dan anggota keluarga dengan penyakit jantung 21 persen.
Saat ditanya tentang kendala menjalani gaya hidup sehat dan aktif, responden menyebutkan berbagai faktor, di antaranya kurang waktu serta gangguan televisi dan internet.
Pakar kesehatan yang juga mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kartono Mohamad mengatakan, penyakit tidak menular yang terkait gaya hidup menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Angka kematian di Indonesia beberapa tahun terakhir didominasi penyakit tak menular.
Sulitnya mengubah pola hidup menjadi pemicu penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung yang lebih mematikan. Ironisnya, hal itu menimpa banyak warga perkotaan yang memiliki kesadaran dan informasi kesehatan lebih baik. Namun, berbagai alasan membuat warga perkotaan susah mengubah perilaku demi hidup sehat.
Kurang waktu
Dua hal utama yang kerap jadi alasan warga perkotaan tak menerapkan pola hidup sehat, seperti olahraga rutin dan makan sehat, adalah kurangnya waktu. Tidur kurang dari 6 jam, di antaranya karena menonton acara televisi ataupun aktivitas daring.
Selain itu, kebiasaan merokok yang sulit dihentikan menyebabkan tingginya masalah kesehatan di Indonesia. Dari riset itu, responden Indonesia yang merokok 21 persen. Angka itu tertinggi dibandingkan Tiongkok (16 persen), Vietnam (15 persen), Singapura (14 persen), Malaysia (13 persen), Filipina (12 persen), Hongkong (11 persen), dan Thailand (9 persen).
"Rokok jadi penyebab semua penyakit tak menular. Angka perokok di Indonesia tertinggi karena pengendalian rokok tidak dianggap serius," kata Kartono.
Kualitas udara buruk di perkotaan menambah risiko penuruan tingkat kesehatan warga. Pada Indeks Kesehatan Asia, 21 persen responden di Indonesia terkena gangguan pernapasan karena buruknya mutu udara.
"Generasi itu disebut generasi 0, yaitu Overwork (kelebihan kerja), Overweight (kelebihan berat badan), Overhelmed (kelelahan), dan Out of Breath (gangguan pernapasan). Generasi ini banyak di kota dan jika dibiarkan bisa menjadi beban negara," tutur Presiden Sun Life Financial Asia, Kevin Strain. (A04)