Gangguan Mental Emosi Menjangkiti Anak Muda
Fenomena mental emotional disorder bisa membuat seorang berkepribadian buruk (toxic).
KUALITAS penduduk Indonesia menghadapi masalah, yakni gangguan mental emosi (mental emotional disorder) ada di generasi muda. Setiap 6 dari 100 orang mengalami mental emotional disorder. Hal itu menyebabkan kualitas SDM akan menurun jika jiwa terganggu.
Demikian diungkapkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo di Kantor BKKBN, Jakarta, kemarin.
Mental emotioal disorder adalah gangguan jiwa ringan. Kalau berat, gangguan bisa membuat penderita menjadi ODGJ. Pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 masyarakat dengan mental disorder naik menjadi 9,8. Seiring dengan hal itu pengguna napza meningkat karena pelarian gangguan mental emosi ialah pada narkoba.
"Mental emotional disorder ada dua sumber. Sumber pertama dari masalah psikologis, kedua psikiatris. Sumber psikologis itu gangguan unseen yang bisa diatasi psikolog ini adalah penanganan di tingkat hulu, artinya mencegah agar orang itu tidak terkena stres, dan bisa berhitung dengan stres," papar Hasto.
Namun, kalau sudah ada waham, halusinasi, atau ilusi, orang lama-lama bisa ngomong sendiri. Menurut Hasto, orang yang mengalami hal itu membutuhkan psikiater.
Fenomena mental emotional disorder bisa membuat seseorang berkepribadian buruk (toxic). Akhirnya terjadilah berbagai macam seperti berkelahi, klitih, dan pencurian.
Padahal dalam menghadapi bonus demografi, kata Hato Indonesia harus menciptakan kualitas SDM yang baik. Masalahnya, di banyak provinsi di Indonesia terjadi disparitas kualitas SDM pada provinsi-provinsi.
Fokus kedua ialah kualitas. Ada kebijakan yang terkait kesehatan reproduksi hingga gender yang bermuara pada kualitas penduduk dengan indikator stunting/tengkes yang representatif.
Pada indikator human capital index proporsi terbesarnya ialah tengkes. Tengkes menjadi faktor terpenting perhitungan human capital index dan prospek penduduk bisa pendapatan per kapita.
Turunkan tengkes
Peneliti dan Regional Director for Asia di Global Health Focus Adriana Viola Miranda memaparkan penguatan kader posyandu dapat membantu menurunkan angka stunting/tengkes di Indonesia. Hal itu berdasarkan penelitian yang dilakukan 1.000 Days Fund di Desa Bayan dan Desa Senaru, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, pada periode Februari-Juni 2023.
Upaya penguatan bisa melalui pemberian upah yang sesuai dengan kinerja dan waktu serta pemberian pelatihan kepada kader.
"Setiap jam kader posyandu yang meluangkan waktu untuk membantu di posyandu bisa diberikan sekitar Rp 205 ribu hingga Rp 691 ribu, hal itu dilihat dari UMR dan penghasilan. Saat ini pendapatan para kader hanya sekitar Rp 150 ribu dan Rp 50 ribu biasanya dipakai untuk kegiatan posyandu," ungkap Adriana dalam konferensi pers daring, kemarin.
Ia memaparkan adanya pelatihan dan pemberian insentif bagi kader posyandu memberikan dampak penurunan tengkes 11,3%. Itu terlihat ketika ia dan tim melakukan penelitian di dua desa di Nusa Tenggara Barat (NTB) setelah dilakukan intervensi dan sifatnya non-random.
Hal senada juga diungkapkan ekonom kesehatan Ryan Rachmad Nugraha, ia mengatakan perhatian kepada leader posyandu bisa membuat efektif dan menjadi wujud berinvestasi lebih untuk menurunkan tengkes.
"Dari intervensi bisa mencegah ratusan kasus tengkes dan ibu hamil terawasi serta anak satu tahun bebas tengkes," ucapnya.
Di sisi lain, salah satu upaya untuk menekan stunting ialah melalui program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemar Ikan) yang dicanangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak 2004. Direktur PDSKP KKP Erwin Dwiyana mengatakan bahwa terdapat tiga tujuan untuk meningkatkan konsumsi ikan bagi masyarakat.
"Pertama dengan meningkatkan konsumsi ikan akan menggerakkan semua industri di hulu, baik itu penangkapan, budidaya, maupun pemasaran. Kedua dengan gemar ikan, permintaan masyarakat akan meningkat dan akan tersedia beragam jenis olahan ikan sesuai kebutuhan. Ketiga, yaitu meningkatkan konsumsi ikan itu akan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat karena akan memilki kandungan gizi yang penting untuk kita. Tidak hanya untuk anak tapi juga dewasa," ungkapnya di Jakarta, Kemarin. (Des/H-3)