Kesehatan Mental. Ada 61 Persen Anak Muda Depresi Ingin Akhiri Hidup

JAKARTA, KOMPAS - Prevalensi Depresi di Indonesia paling banyak ditemukan pada kelompok usia muda 15-24 tahun. Kondisi ini patut diwaspadai karena munculnya pemikiran untuk bunuh diri lima kali lebih tinggi ditemukan pada orang depresi dibandingkan dengan yang tidak.

Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan, Prevalensi depresi paling tinggi pada penduduk usia di atas 15 tahun, ditemukan pada Kelompok usia 15-24 tahun sebesar 2 persen. Kemudian, diikuti kelompok usia lanjut 1,9 persen. Sementara prevalensi terendah pada usia 35-44 tahun sebesar 1 persen.

Dari anak muda yang ditemukan dengan depresi, 61 persen di antaranya memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup dalam satu bulan terakhir. Hal ini persoalan yang serius. Apa lagi hanya sedikit anak muda dengan  depresi yang mendapatkan penanganan atau pengobatan.

Tercatat hanya 10,4 persen anak muda dengan depresi yang mencari pengobatan. Padahal depresi yang tidak mendapatkan penanganan yang baik berpotensi menyebabkan bunuh diri.

Dilaporkan pula, depresi pada usia muda lebih tinggi ditemukan pada perempuan (2,8 persen), dibandingkan dengan laki-laki (1,1 persen). Selain itu, depresi pada usia muda lebih banyak pada kelompok berpendidikan menengah ke bawah.

Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Venaya Sitohang dalam sosialisasi buku saku pertolongan pertama pada luka psikologis di kampus yang diikuti secara daring dari Jakarta, Rabu (5/6/2024), mengatakan supaya preventif dan promotif dalam intervensi Kesehatan Jiwa di masyarakat sangat penting. Intervensi ini terutama diberikan pada populasi sehat maupun  populasi yang berisiko agar kondisi gangguan Jiwa yang lebih berat  bisa dicegah sejak dini.

Itu sebabnya pertolongan pertama pada luka psikologis amat dibutuhkan. Pertolongan pertama ini merupakan dukungan serta  bantuan psikologis yang paling dasar dan paling sederhana untuk mereka yang sedang mengalami kejadian atau luka secara psikologis.

"Dalam konteks perguruan tinggi, sasaran yang kami harapkan sebagai penolong pertama, antara lain, dosen atau tenaga pendidik serta mahasiswa sebagai teman sebaya. Orang pertama ini punya peran yang sangat penting untuk memberikan bantuan awal serta sebagai penghubung dengan tenaga profesional," tuturnya.

Dukungan sosial

Psikolog yang juga peneliti dari Pusat Kesehatan Mental Masyarakat Universitas Gadjah Mada (CPH UGM), Nurul Kusuma Hidayati, menyampaikan, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk mencari pertolongan ketika mengalami gangguan psikologis atau gangguan jiwa masih sangat rendah. Dukungan sosial Dan dukungan dari orang lain dapat membantu meningkatkan pemahaman seseorang untuk mencari pertolongan, ketika membutuhkan. (TAN)



Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar