Makanan Alkali ol

Kunjungan terakhir saya ke Bali Minggu lalu menghasilkan satu "penemuan" baru. Jane Chen, seorang teman yang multibakat, memperkenalkan saya kepada makanan Alkali (alkaline foods). Gara-gara teman dekatnya menderita kanker parah. Jane jadi mengenal konsep makanan Alkali. "Kapan-kapan kalau ke Bali, saya masakin makanan Alkali," janjinya.

Jane memenuhi janjinya ketika saya singgah ke rumahnya di Canggu yang tampaknya tak akan pernah selesai dibangun saking besarnya. Karena waktu yang sangat singkat. Jane hanya membutuhkan sup sayur dan tumis kembang kol yang memenuhi standar makanan alkali.

Pada dasarnya, sel-sel sehat tubuh kita bersifat alkali (basa). Semakin asam (acidic) sel-sel itu, kita akan menjadi semakin sakit. Tubuh kita menghasilkan asam sebagai hasil sampingan dari metabolisme normal. Karena tubuh tidak memproduksi alkali, maka kebutuhan akan alkali harus dipasok dari luar. Prinsipnya, agar kita sehat, makanan yang kita konsumsi harus terdiri atas 80 persen alkali dan 20 persen asam.

Khususnya bagi penderita kanker pada stadium awal, mengonsumsi makanan alkali secara ketat berpotensi mujarab untuk untuk menyembuhkan mereka. Secara umum diketahui bahwa dalam keadaan normal tubuh kita bersifat alkali dengan pH 7,4. Dalam keseimbangan ini proses kimia tubuh berjalan lancar dan semua kotoran yang timbulkan oleh proses ini dapat dengan cepat dilenyapkan.

Tetapi, bila kita terlalu banyak makan makanan asam, maka darah dan tubuh kita pun akan menjadi asam. Akibatnya, hati, limpa, jantung, dan ginjal harus bekerja lebih keras untuk membersihkan darah. Inilah yang mengakibatkan tubuh kita menjadi lebih rentan terhadap serangan penyakit. Padahal, selama ini kita terlalu cepat menuding virus sebagai penyebab semua sakit yang kita derita.

Sampah beracun  yang tidak dapat dikeluarkan biasanya mengumpul di persendian, menyebabkan rematik dan gout (penyakit karena asam urat). Bisa juga keluar melalui kulit menjadi jerawat, eksim, bisul, dan lain-lain. Lebih serius lagi, kondisi keasaman darah dan tubuh juga menjadi penyebab berbagai penyakit seperti darah tinggi, wasir, jantung, kanker dan sebagainya.

Makanan alkali juga identik dengan makanan tanpa daging. Soalnya, daging, ikan, dan telur bersifat asam. Makanan dan minuman yang mengandung asam antara lain adalah teh, kopi, alkohol, sambal, acar, bumbu, cuka, rempah-rempah, padi-padian (khususnya yang diputihkan, atau tepung yang dihaluskan, bawang putih, jamu, minyak, lemak, dan makanan yang banyak mengandung gula.

Makanan alkali yang perlu ditingkatkan jumlahnya dalam diet kita adalah hampir semua sayuran (khusunya yang berdaun hijau), susu, mentega (khususnya ghee dan butter milk), Madura, buah, dan sari buah - terutama buah yang mengandung banyak air seperti pepaya, apel, nenas, tomat, pisang.

Nasi yang cocok bagi mereka yang menjalani diet alkali adalah nasi merah atau brown ice. Bila tidak tersedia beras merah, bisa dibuat dari beras putih organik yang dimasak dengan kaldu sayur ini dibuat dengan merebus wortel dan seledri dalam waktu lama, sehingga semua sari patinya diserap oleh air perebus. Penggunaan kaldu sayur mirip demi demi glace (brown stock yang dibuat dari daging dan tulang sapi) yang banyak dipakai dalam memasak.

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar