Suntik Hormon Atasi Defisiensi Testosteron
JAKARTA (Media), Penyuntikan hormon testosteron dinilai paling aman dan efektif bagi penderita sindrom kekurangan testosteron (testosteron deficiency Syndrome /TDS).
Selama ini, penyuntikan hormon testosteron telah berhasil mengatasi masalah sindrom kekurangan testosteron. Justru bila tidak segera diatasi, penderita TDS akan mengalami disfungsi ereksi.
Memang selama ini, ada rumor seputar pengobatan TDS lewat suntik hormon testosteron. Ada yang mengatakan, penyuntikan hormon testosteron dapat menyebabkan kanker prostat," kata dr. Arif Adimoelya, androlog dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya pada jumpa pers di Jakarta, akhir pekan lalu.
Arif menegaskan, sebenarnya penyuntikan hormon testosteron aman. Sebab prosedur penyuntikan untuk menambah jumlah hormon testosteron itu diawasi dokter. Sebelum prosedur penyuntikan hormon, pasien juga diwajibkan memeriksa diri terlebih dahulu jumlah hormon testosteron dalam darahnya.
" Jika benar-benar pasien tersebut mengalami defisiensi, baru ditambah hormon testosteronnya," kata Arif.
Bahkan, pemeriksaan itu tidak terbatas pada pemeriksaan hormon dalam tubuh. Tetapi pemeriksaan juga dilakukan dengan pengecekan fungsi-fungsi metabolisme tubuh pasien TDS.
Menurut Arif, jika pasien memeriksakan hormon, biaya yang dibayarkan memang mahal. "Biasanya, pemeriksaan minimal harus lima hormon. Pengecekan satu hormon saja biayanya sudah sekitar Rp 125 ribu," jelasnya.
Pasien dapat melakukan pengecekan kadar testosteron melalui pemeriksaan gula darah, tekanan darah, dan kadar kolesterol.
Tiga pemeriksaan itu juga dapat membantu memberikan indikasi kadar testosteron dalam darah. Sebelum melakukan pemeriksaan, pasien juga harus mencerminkan keluhan-keluhan seperti penurunan gula darah atau kulit yang kering.
Androlog dari RSUP Fatmawati, Jakarta, dr. Nugroho Setiawan mengatakan selama ini memang ada dokter yang masih tidak mau melakukan terapi suntik hormon. Tetapi sampai sejauh ini, belum ada pasien TDS mengalami masalah-masalah seperti yang dirumorkan masyarakat. (Isy/H-2)