Kesadaran Deteksi Kanker Rendah
HAMPIR 70% kasus penyakit kanker leher rahim (serviks) dan payudara ditemukan sudah pada stadium lanjut yang sudah mustahil diobati. Hal itu terjadi karena rendahnya kesadaran perempuan Indonesia untuk melakukan deteksi kanker secara dini.
Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Ekowati Rahajeng mengatakan rendahnya minat melakukan deteksi dini tergambar dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang dilakukan Kemenkes.
Menurut sensus penduduk 2010, jumlah perempuan usia 30-50 tahun diperkirakan sekitar 35 juta orang. Berdasarkan survei Riskesdas 2013, dari jumlah itu, sekitar 550 ribu di antaranya melakukan pemeriksaan dini serviks dan payudara.
Menurut Ekowati, minimnya pemeriksaan dini dilatari sejumlah kendala, antara lain rendahnya pengetahuan publik mengenai penyakit kanker, belum adanya program deteksi dini massal yang terorganisasi, masalah ekonomi, serta kultur sosial yang masih percaya kepada dukun.
Imbas minimnya pemeriksaan dini penyakit kanker, khususnya pada serviks dan payudara, bermuara pada tingginya kasus kematian.
Riskesdas 2013 mencatat prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1.000 penduduk. Dengan persentasi penyebab kematian sebesar 5,7 %, kanker merupakan penyebab kematian nomor tujuh di Indonesia.
Untuk menekan tingkat kematian akibat kanker, pemerintah memperkuat upaya sosialisasi dan layanan deteksi dini di semua kabupaten/kota. Kini layanan deteksi dini kanker payudara dan serviks tersedia di 500 puskesmas di Indonesia.
"Target kami yakni sekitar 80% dari populasi perempuan dewasa sudah melakukan deteksi dini kanker. Dengan deteksi dini, lebih dari 40 % jenis penyakit kanker bisa dicegah dan beberapa kanker yang umum pun bisa sembuh," pungkas Ekowati. (Tlc/H-2)