Kompres Panas atau Dingin?

MASHADI boleh saja menang dalam ajang XCC, Minggu (12/4) malam, tetapi petarung yang berlatih di Markas itu tidak luput dari cedera. Usai pertandingan, bukan hanya bulir keringat yang terlihat di wajahnya, melainkan juga bercak-bercak merah darah di pelipisnya. 

Entah itu lecet hasil pukulan lawan yang melayang ke arahnya atau berkat manuver lainnya. Sementara itu, ada juga petarung sebelum dirinya yang hidungnya sampai berdarah.  

Ya, MMA memang olahraga berisiko dan kerap 'berdarah', makanya keberadaan tenaga medis merupakan hal mutlak tiap ada pertandingan. Kali itu, tiga dokter dikerahkan sekaligus. Mereka bersiaga di tepi kandang arena.

Tampak cermat menonton, rupanya bukan sekadar menikmati tontonan. "Kita lihat semua trauma benturannya," jelas Kezia, salah satu dokter yang bertugas. Dengan mengetahui trauma benturannya, dokter sepertinya bisa lebih sigap mendiagnosis kemungkinan yang terjadi.

Menurutnya, risiko terbesar dari tarung bebas seperti MMA adalah cedera tulang leher, shocked, dan kehilangan cairan tubuh.

Peradangan memang sering tidak terhindarkan karena pukulan, tendangan, dan serangan yang dialami. Bukan hanya ketika menerima serangan, ketika seseorang menyerang pun dia berpeluang memar. 

Bila sudah begitu, kompres merupakan penanganan utama yang mesti dilakukan. Penting diingat, lakukan kompres dingin saat memar, jangan kompres hangat. "Kalau peradangan diberi kompres hangat, bisa jadi cair dan pendarahan lagi," tutup Kezia. (Her/M-3)   

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar