Lasik Nyaman tanpa Bedah

Dengan teknologi femtosecond laser, saat ini operasi lasik dilakukan tanpa melibatkan pisau bedah. 

MASALAH kesehatan mata seperti miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), serta astigmatisma (mata  silinder) memang tidak berakibat fatal bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Namun, malah itu dapat mengganggu kegiatan sehari-hari.
Gangguan mata itu bahkan dapat menjauhkan seseorang dari karier impian yang menuntut mata prima seperti atlet, pilot, atau anggota angkatan udara.

Namun, seiring dengan kemajuan teknologi, gangguan pada mata itu dapat diatasi dengan langkah sederhana, salah satu prosedur yang kini kerap jadi pilihan, yakni operasi lasik. 

Pada dasarnya, lasik yang merupakan kepanjangan dari laser-assisted in situ keratomileusis berarti membuka lapisan permukaan kornea mata kemudian membentuk kornea mencapai kondisi yang diinginkan. 

Dokter spesialis mata Klinik Mata Nusantara (KMN) dr Annetta Mariza SpM menjelaskan pada gangguan rabun jauh, rabun dekat, dan silinder yang bermasalah ialah bentuk korneanya.

"Jadi, bukan matanya rusak. hanya bentuk kornea tidak pas sehingga cahaya yang masuk ke mata tidak pas pula. Karena itu, mata membutuhkan alat bantu berupa lensa tambahan, minus untuk rabun jauh, plus untuk rabun dekat, dan silinder untuk mata silinder," ujar Annetta, kemarin. 

ada kondisi rabun jauh, lanjutnya, kornea cendeurng terlalu cembung. Semakin tinggi ukuran minusnya semakin menggunung bentuk korneanya. 

"Sebaliknya pada rabun dekat kornea cenderung lebih flat atau agak mendatar. Sementara pada mata silinder kondisi kornea tidak beraturan atau cembung di bagian tertentu saja," papar Annetta.

Dengan teknologi lasik, kornea bisa dibentuk ulang dengan 'mengikisnya' memakai laser hingga tercapai bentuk yang dikehendaki. Cara itu terbukti efektif dan aman dalam mengoreksi kekurangan mata. 

"Prosedurnya sendiri relatif sederhana. Langkah pertama dengan membuka lapisan permukaan kornea mata yang dipenuhi urat saraf, kemudian dilakukan tindakan excimer laser untuk menghilangkan sebagian lapisan kornea sehingga dapat mengubah bentuknya secara permanen sesuai kebutuhan. Artinya pasien lasik dapat sembuh selamanya. Lapisan kornea yang dibuka tadi, yang disebut flap, ditutupkan lagi dan secara alami akan melekat kembali beberapa menit kemudian tanpa perlu jahitan sama sekali," jelas Annetta.

Teknologi terbaru
Mulanya operasi lasik dilakukan dengan pisau berukuran mikro untuk membuka flap kornea. "Tetapi seiring perkembangan teknologi, lasik sekarang menggunakan teknologi femtosecond laser sehingga upaya membuka flap bisa dilakukan dengan lebih mudah dan cepat," tutur Annetta.

Lasik dengan teknologi terbaru itu disebut ilasik. Tarif sekitar Rp 25 juta. Terdapat beberapa keunggulan ilasik. Di antaranya pembuatan flap hanya 10 detik sehingga waktu intervensi berlangsung amat singkat, tidak ada rasa sakit pascatindakan, dan mendapatkan penglihatan kembali 100% pascaoperasi. "Dengan ilasik, flap juga lebih tipis sehingga memungkinkan orang dengan kornea tipis untuk menjalani prosedur ini," jelas Annette.  

Meskipun canggih, pengerjaan lasik tetap memiliki beberapa persyaratan.

"Pertama, pasien harus sudah berusia 18 tahun ke atas karena pada usia tersebut kita ketahui kondisi kornea sudah mantap alias berhenti berkembang. Kemudian penglihatannya harus stabil paling tidak selama enam bulan, tidak pernah memiliki penyakit mata serius, tidak sedang hamil, dan tidak menderita diabetes dengan kadar gula yang tidak terkontrol.

Selain itu, hanya tiga gangguan refraksi mata tersebut yang bisa diperbaiki dengan intervensi lasik. Kerusakan lainnya seperti katarak tidak bisa diobati dengan metode tersebut.

Lasik dapat memperbaiki rabun jauh hingga minus 12, silinder 6, dan plus 9, tetapi dengan syarat tebal kornea memadai.

"Bila kornea terlalu tipis, meski hanya minus 1 pun, tidak bisa dilakukan lasik. Tapi, dengan teknologi ilasik, kelemahan itu bisa diatasi," tegas Annetta.

Sebagaimana prosedur operasi lainnya, tindakan lasik memiliki efek samping. Menurut Annette, yang paling buruk ialah ketajaman penglihatan yang kurang pas, bisa karena undercorrection atau overcorrection.

"Namun, keduanya bisa diatasi dengan tindakan tambahan setelah kondisi mata stabil," imbuhnya. 

Efek samping lainnya ialah silau saat melihat cahaya pada malam hari. Hal itu umum terjadi pada pasien dengan pupil mata besar yang menderita minus tinggi. Namun, gangguan itu bisa berkurang seiring dengan berjalannya waktu.   

Selain itu, flap kornea bisa bergeser jika ada gangguan seperti gosokan atau tekanan terlalu kuat pada bola mata. Gejala mata kering juga bisa timbul, tetapi hal itu bisa diatasi dengan cairan tetes mata. (H-3)

soraya@mediaindonesia.com        

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar