Sindrom Tulang Keropos
Penyakit osteoporosis jadi ancaman yang serius. Satu dari delapan pria memiliki risiko patah tulang. Apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya?
PENYAKIT tulang keropos, atau yang dalam istilah kedokteran disebut osteoporosis, kini memang jadi momok yang menakutkan bagi mereka yang berusia di atas 50 tahun. Meski kenyataan membuktikan, osteoporosis lebih banyak dialami oleh kaum wanita, kaum pria setengah baya tetaplah harus waspada.
Soalnya, berdasarkan data dari International Osteoporosis Foundation (IFO) menyebutkan, bahwa satu dari tiga wanita dan satu dari delapan pria yang berusia di atas 50 tahun di seluruh dunia memiliki risiko mengalami patah tulang akibat osteoporosis dalam hidup mereka.
Bahkan, Badan Kesehatan Dunia dari PBB (WHO) memperkirakan pada pertengahan abad mendatang, jumlah patah tulang pada panggul karena osteoporosis akan meningkat tiga kali lipat, dari 1,7 juta pada tahun 1990 menjadi 6,3 juta kasus pada tahun 2050 kelak. Sungguh, suatu perkiraan yang sangat mengkhawatirkan dan perlu mendapat perhatian yang serius.
TERDIRI DARI 200 TULANG
Untuk lebih memperjelas sebab dan akibat yang ditimbulkan oleh penyakit osteoporosis, ada baiknya kita terlebih dahulu mengulas tentang tulang yang terdapat di dalam tubuh kita.
Menurut dr. Muljadi Hartono dalam "Mencegah dan Mengatasi Osteoporosis" (2001), tubuh kita sendiri memiliki tulang yang sangat banyak. Jumlahnya mencapai sekitar 200 buah, dengan beragam ukuran dan bentuk. Ada yang disebut tulang panjang, seperti tulang yang terdapat pada daerah lengan atau, lengan bawah, paha dan bawah lutut, ada juga yang disebut tulang pendek, seperti tulang yang terdapat di daerah pergelangan kaki dan pergelangan tangan. Sedangkan tulang pipih terdapat di daerah dada dan kepala.
Kalau kita berbicara mengenai fungsinya, tulang memiliki fungsi utama sebagai kerangka tubuh yang menyokong struktur-struktur berdaging dan pemberi bentuk tubuh. Tulanglah yang membuat kita bisa berdiri tegak, berjalan, berlari dan melakukan berbagai aktivitas fisik, seperti mengangkat dan memindahkan barang. Tulang kita membentuk suatu sistem tuas yang bisa melipatgandakan kekuatan yang timbul selama adanya gerakan otot dan mengubahnya menjadi gerakan tubuh.
Umumnya, hampir 85 persen bentuk tulang kita padat (disebut juga kortikal). Dan, sisanya sekitar 15 persen, berbentuk jarang (disebut juga bunga karang atau trabekular). Kepadatan tulang-tulang tersebut ditentukan oleh seberapa besar porsi beban yang harus ditanggung. Sebagai contoh, tulang pada panggul dan tulang belakang jelas lebih padat dibandingkan dengan tulang kepala.
Adapun zat-zat yang memiliki peran penting dalam pembentukan tulang adalah kalsium dan zat kapur, yang kemudian bersenyawa menjadi kalsium fosfat. Senyawa ini hampir 90 persen terdapat pada tulang dan gigi, dengan perbandingan kalsium dan fosfor berkisar 2:1.
Pada kenyataannya, tulang kita ternyata memiliki sifat yang sangat unik. Tulang bukanlah organ tubuh yang statis, melainkan dari waktu ke waktu sepanjang hidup kita terus terjadi proses perombakan tulang (bone remodelling) yang terdiri dari proses penyerapan dan pembentukan tulang.
Proses ini akan melibatkan dua jenis sel. Sel osteoblast yang berperan dalam proses pembentukan tulang (bone formation atau mineralisasi) dan sel osteoblast yang berperan dalam proses penyerapan tulang (bone resorption atau demineralisasi). Proses pembentukan dan penyerapan tulang dimaksudkan untuk menunjang terjaminnya kadar ion kalsium dalam plasma darah.
Sekadar catatan, kadar normal kalsium dalam darah berkisar 10 mg%. Kadar kalsium kurang dai 10 mg% dapat dikategorikan sebagai hipokalsemik (kekurangan kalsium). Sebaliknya, kadar kalsium lebih dari 10 mg% termasuk hiperkalsemik (kelebihan kalsium).
Pada kondisi normal, substansi-substansi tersebut bekerja secara kompak sehingga antara pembentukan sel tulang dan penguraian sel tulang secara fisiologik berjalan seimbang. Artinya, pada saat tersebut tulang dapat memainkan peranannya sebagai tempat cadangan (reservoir) kalsium dengan baik tanpa menyebabkan kerusakan pada tulang itu sendiri. Kondisi seperti ini akan terjadi pada manusia dewasa yang sehat.
GEJALANYA TIDAK TERDUGA
Nah, pada penderita osteoporosis, kondisi ini tidak berjalan sempurna. Hal ini disebabkan karena terjadi gangguan keseimbangan dalam kedua proses tersebut. Dalam osteoporosis, proses penyerapan tulang terjadi lebih cepat dan lebih tinggi ketimbang proses pembentukan tulang. Risikonya, maka terjadilah pengeroposan tulang.
Osteoporosis sendiri adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang. Dalam hal ini, tulang akan kehilangan massa dalam jumlah besar sehingga kekuatannya akan menurun drastis. Bayangkan, jika kepadatan tulang menurun sepersepuluhnya saja, maka akan menimbulkan risiko patah tulang dua hingga tiga kali lebih sering. Kalau kondisi seperti itu dibiarkan, maka risiko terjadi patah tulang akan sulit dihindari.
Sekadar catatan, kadar normal kalsium dalam darah berkisar 10 mg%. Kadar kalsium kurang dai 10 mg% dapat dikategorikan sebagai hipokalsemik (kekurangan kalsium). Sebaliknya, kadar kalsium lebih dari 10 mg% termasuk hiperkalsemik (kelebihan kalsium).
Pada kondisi normal, substansi-substansi tersebut bekerja secara kompak sehingga antara pembentukan sel tulang dan penguraian sel tulang secara fisiologik berjalan seimbang. Artinya, pada saat tersebut tulang dapat memainkan peranannya sebagai tempat cadangan (reservoir) kalsium dengan baik tanpa menyebabkan kerusakan pada tulang itu sendiri. Kondisi seperti ini akan terjadi pada manusia dewasa yang sehat.
GEJALANYA TIDAK TERDUGA
Nah, pada penderita osteoporosis, kondisi ini tidak berjalan sempurna. Hal ini disebabkan karena terjadi gangguan keseimbangan dalam kedua proses tersebut. Dalam osteoporosis, proses penyerapan tulang terjadi lebih cepat dan lebih tinggi ketimbang proses pembentukan tulang. Risikonya, maka terjadilah pengeroposan tulang.
Osteoporosis sendiri adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang. Dalam hal ini, tulang akan kehilangan massa dalam jumlah besar sehingga kekuatannya akan menurun drastis. Bayangkan, jika kepadatan tulang menurun sepersepuluhnya saja, maka akan menimbulkan risiko patah tulang dua hingga tiga kali lebih sering. Kalau kondisi seperti itu dibiarkan, maka risiko terjadi patah tulang akan sulit dihindari.
Yang perlu diwaspadai, gejala dari penyakit osteoporosis sendiri sangatlah tidak terduga. Inilah yang membuat penyakit ini sering disebut sebagai silent disease (penyakit diam-diam). Konon, seseorang baru menyadari menderita osteoporosis ketika ia mengalami patah tulang dadakan yang biasanya disebabkan oleh peregangan tubuh, persinggungan atau pun jatuh.
Kalau ditanya tulang mana yang rentan terhadap osteoporosis? Jawabannya, semua tulang yang ada di dalam tubuh kita. Namun, lokasi patah tulang yang sering terjadi adalah di daerah leher bongkol, tulang paha atas, tulang belakang dan di daerah tulang lengan bawah.
Hal ini erat kaitannya dengan posisi beban yang dipikul oleh tulang tersebut.Terbukti timbulnya patah tulang sering kali diawali oleh sikap tubuh yang salah, misalkan pada saat berdiri, berjalan, atau ketika mengangkat beban. Sikap yang salah inilah yang akan memberikan tekanan yang berlebihan pada struktur tulang yang telah keropos. Yang pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya patah tulang.
Khusus untuk daerah tulang belakang, maka akan ditandai dengan adanya patahan-patahan kecil yang menyebabkan tulang belakang menurun secara vertikal. Kondisi ini membuat tinggi badan si penderita akan menyusut dan bentuk setiap ruas berubah, dari bentuk bujur sangkar menjadi segitiga. Keadaan akan semakin berbahaya jika tulang belakang yang keropos menekan saraf tulang belakang. Kalau hal ini terjadi, si penderita akan merasakan nyeri di pinggang yang kemudian merambat ke bagian kaki. Kalau kondisi seperti ini dibiarkan saja, lama-kelamaan akan mengakibatkan kelumpuhan pada anggota kaki bagian bawah.
SEBAB-SEBAB OSTEOPOROSIS
Mengapa osteoporosis bisa terjadi? Pertanyaan itulah yang kini harus dijawab. Menurut Dr. S. Dohar A.L. Tobing SpBO, Ahli Bedah Tulang dari RS Pondok Indah dan RS Cikini, Jakarta - ada bermacam-macam sebab dari osteoporosis.
"Yang terutama, penyebabnya adalah usia lanjut. karena ketika usia lanjut semua metabolisme dalam tubuh menurun. Otomatis, tulang-tulang juga akan bermasalah. Kelompok kedua, adalah wanita yang sudah mengalami menopause. Dan yang ketiga, adalah mereka yang jarang melakukan aktivitas fisik," begitu kata Dr. Dohar.
Memang, penyakit osteoporosis yang diderita oleh para lansia erat kaitannya dengan kemunduran produksi beberapa hormon remodelling tulang, seperti kalsitonin dan hormon seks (estrogen dan testosteron). Dengan bertambahnya usia seseorang, produksi hormon-hormon tersebut memang akan merosot. Kalsitonin yang menyokong aktivitas sel osteoblast sehingga memungkinkan terjadinya pembentukan tulang, produksinya akan menyusut setelah seseorang menginjak usia 50 tahun. Hormon estrogen sendiri akan mengalami penurunan produksi pada kurun usia 48-52 tahun. sedangkan, hormon testosteron produksinya baru akan menyusut pada usia di atas 70 tahun.
Keadaan ini akan semakin diperparah jika pada masa mudanya orang-orang yang termasuk dalam kategori di atas kurang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung banyak kalsium, seperti susu dan keju, serta kurang mengkonsumsi fosfor. Istilahnya, tabungan kalsium dan fosfor mereka di masa muda sangatlah sedikit.
Padahal pada masa pertumbuhan, kalsium dan fosfor memiliki peranan yang sangat vital dalam pembentukan massa tulang (peak bone mass). Jika di masa mudanya, mereka kurang mengkonsumsi kalsium dan fosfor, maka pembentukan massa tulang mereka tidak akan tersusun secara maksimal. Padahal, setelah kurun waktu tertentu (antara 30-40 tahun), tulang akan mengalami kemerosotan fungsi dengan sendirinya. Jadi, jika pada masa pembentukan tulang konsumsi kalsium dan fosfornya kurang maksimal, seseorang akan memiliki risiko terserang osteoporosis pada usia yang lebih muda.
Selain sebab-sebab di atas, masih ada beberapa golongan orang yang memiliki risiko tinggi terserang osteoporosis. Mereka itu di antaranya adalah, penderita hiperparatiroid (tumor kelenjar tiroid), penderita anoreksia nervosa, perokok, peminum kopi yang berlebihan, dan peminum alkohol.
Yang pasti sebelum terlambat lakukanlah pencegahan terhadap osteoporosis mulai saat ini juga. Membentuk struktur tulang yang kuat, khususnya bagi mereka yang berada di bawah usia 30 tahun, merupakan cara terbaik untuk menunda terjadinya pengeroposan tulang.
Langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah osteoporosis, selain dengan menghindari faktor-faktor risiko di atas adalah dengan mengkonsumsi kalsium secukup mungkin, mengkonsumsi makanan berserat secukup mungkin, batasi penggunaan garam, mengkonsumsi vitamin D yang cukup dan aktif berolah raga. @DEDE