Massage

Saya kaget ketika dia memutar pergelangan tangan sampai berbunyi 'trek'. Apalagi ketika dia mulai memegang leher saya...

Semenjak saya tinggal di Thailand, ada satu hobi baru saya, massage atau dipijat. Sebelumnya saya bukan pencinta pijat. Pernah sekali saya mencoba kira-kira 15 tahun lalu, tetapi tubuh malah sakit. Sejak itu saya kapok. Namun, banyaknya tempat pijat di Pattaya, kota saya tinggal, membuat saya ingin mencoba.
Pada hari pertama pindah ke Thailand, Maureen, wanita Inggris, istri teman kerja suami mengingatkan. "Kamu pasti senang tinggal di sini, bisa foot massage setiap hari !" katanya mantap. Foot massage itu apa sih? Semakin lama tinggal di Thailand, semakin sering saya mendengar soal foot massage. Tampaknya ini jenis pijatan yang paling digemari orang di sini. Karena penasaran, saya pun mengajak suami mampir di sebuah spa yang baru buka. Di situ ditawarkan bermacam-macam pijat, dan kami mencoba foot massage.

Pertama kali kaki saya dicuci, rasanya geli sekali, karena telapak kaki disikat dengan keras. Setelah itu, kaki dipijat dengan semacam balsem. Lalu, tibalah pemijatan dengan batu panjang seperti pensil gemuk. Tapi saya dan suami tidak bisa menahan tawa. Habis, rasanya seperti dikilik-kilik. Air mata bercucuran saking gelinya dipijat dengan pensil aneh itu. Tetapi secara keseluruhan, foot massage menimbulkan rasa nyaman. Terutama saat kaki dibungkus handuk panas, dan kami disuguhi teh jahe hangat.

Teman saya, Evie, memilih pijat sambil beramal. Dia pun pergi ke Blind Massage alias pijat tunanetra. "Sekalian menolong mereka mencari nafkah," katanya. Evie tidak luput dari pengalaman lucu. Suatu hari, ketika dipijat oleh pemijat tunanetra, si pemijat permisi sebentar ke belakang. Setelah kembali, ...lho kok dia pergi ke pasien lain  yang baru datang? Pasti nyasar nih, pikir Evie. Tak lama kemudian si pemijat sadar kalau dia memijat orang yang salah. "Wah, kakinya gede amat, yaa, perasaan tadi saya memijat kaki kecil," kata si pemijat menyadari kekeliruannya.

Suatu hari seorang teman memberi info tentang pelayanan pijat di rumah. "Harganya jauh lebih murah ketimbang di spa." Dipijat di rumah sendiri, wah rasanya mewah sekali. Saya pun menelepon Khun Jim. Begitu dia datang, saya agak terkesima, pemijat ini wanita bertubuh tinggi besar. Tenaganya pasti kuat.

Saya ajak dia ke balkon apartemen kami yang menghadap ke pantai. Saya pun siap berbaring di kursi malas. Rasanya seperti di spa sungguhan, apalagi angin laut bertiup sepoi-sepoi. Khun Jim mulai memijit pergelangan kaki, lalu tangan. Tetapi saya kaget ketika dia memutar pergelangan tangan sampai berbunyi 'trek'. Meksi tidak sakit, saya ketakutan karena tenaganya besar sekali sementara tangan saya sangat kecil. 

Ketika mulai memijat leher, dia memegang kepala saya dan berusaha memutar kepala saya ke arah kiri dan kanan untuk menghasilkan bunyi 'trek' lagi. Spontan saya berteriak: "Stop, stop!" saya ingat film-film Hollywood yang menampilkan adegan membunuh dengan cara memutar leher korban. Khun Jim kaget mendengar teriakan saya. "Nggak apa-apa Madame. Ini aman kok," katanya dengan wajah ketakutan. Tetapi saya berkeras tidak mau dia memutar leher saya.

Khun Jim pun melanjutkan pijitannya. Tiba-tiba ia mengambil posisi berbaring di belakang saya, dan berusaha mengangkat tubuh saya dan kedua kaki yang ditekuk, sementara tangan saya ditarik ke belakang. Lagi-lagi saya berteriak ketakutan: "Stop, stop!" Bagaimana kalau saya jatuh atau tangan saya patah? 

Sejak itu saya tidak pernah memanggil Khun Jim lagi, meski saya belum kapok dipijat. Saya memilih kembali ke spa. Dan sebelum dipijat saya selalu bilang, "Soft please, not strong."

Nia Sutiara - Kroenert    

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar