Dari Mana Datangnya Gairah Seks?
SETIAP individu yang sudah memasuki masa akil balig pasti tahu (dan pernah merasakan) gairah seksual. Tetapi, jika ditanya apa yang terjadi dalam tubuh saat datang gairah, nafsu, atau syahwat? Sebagian besar pasti angkat bahu. Kini, setelah bertahun-tahun melakukan penelitian, ilmuwan berhasil menguak misteri seputar proses dalam tubuh saat gairah seksual bangkit.
Sejak diidentifikasi tahun 1920-an, hormon estrogen dan testosteron dianggap sebagai sumber 'dwitunggal' datangnya informasi seksual. Estrogen, misalnya, diketahui memicu pertumbuhan payudara, dan berperan dalam proses menstruasi, sedangkan testosteron memegang peran penting dalam pertumbuhan organ seksual dan identitas khas pada pria.
Periode 1960 - 1970 dapat dikatakan merupakan titik awal eksplorasi seksual manusia. Saat itu, William Masters dan Virginia Johnson menjadikan tema seksualitas manusia sebagai bahan skripsi. Dalam kesimpulannya, mereka menyatakan respons seksual berlangsung dalam beberapa tahap. Dimulai dengan 'rasa nyaman' (ereksi pada pria, bekerjanya jaringan vaginal dan klitoral pada wanita), diikuti 'orgasme', terakhir adalah 'resolusi' berupa kembalinya kondisi sel-sel tubuh ke keadaan semula.
Kelemahan dari studi Masters dan Johnson adalah mereka melupakan aspek biokimia, sehingga kesimpulannya dianggap dangkal. Psikiater Helen Singer Kaplan pada 1970 menegaskan, sebelum terjadi respons fisik, ada tahap pendahuluan berupa nafsu, gairah, atau dorongan seksual (sexual drive).
Dorongan seksual pada pria juga berbeda dengan wanita. Menurut Dr Jennifer Berman, urolog sekaligus direktur Pusat Pengobatan Seksual Wanita, Los Angeles, AS, gairah pada wanita muncul dari perasaan mereka terhadap diri dan pasangannya, kedekatannya sebagai sepasang kekasih, dan perwujudan dari rasa cinta.
Pada pria, gairah muncul akibat stimulasi visual secara langsung. Pria melihat, maka mereka bergairah. "Itulah mengapa industri pornografi yang berorientasi pria seperti majalah Playboy sanggup meraup omzet US$ 10 miliar per tahun," tambah Dr Berman setengah berseloroh.
Berdasarkan berbagai pendapat dan penelitian di atas, setidaknya dapat dirangkum dua hal penting, dorongan dan respons seksual. Di antara keduanya ada proses biokimia yang rumit, yang baru-baru ini diungkap oleh para pakar medikasi seks di AS.
Pada pria, ada hormon yang bernama vasoactive intestinal polypeptide. Hormon ini membantu nitrat oksida (nitric oxide) melakukan ekspansi dan kontraksi otot halus, menyebabkan membesarnya pembuluh darah dan melancarkan aliran darah ke daerah genital, kemudian memberikan respons seksual. Obat-obatan seperti Viagra dan Levitra pada dasarnya adalah memicu kerja nitrat oksida ini. Pada wanita, tahap ini tidak memegang peranan penting. Percobaan Viagra pada wanita juga memberikan hasil yang mengecewakan.
Proses lainnya berhubungan dengan 'bahan bakar' dan hal ini kinerja hormon testosteron dan estrogen. Keduanya memicu diaktifkannya neurotransmitter (semacam penyampai respons saraf) dalam otak. Neurotransmitter bertanggung jawab pada perasaan hati, emosi, dan sikap seseorang. Salah satu komponen penting neurotransmitter adalah dopamine yang memicu gairah seksual seseorang. Komponen lainnya adalah serotonin, yang memicu rasa puas pada sesuatu. Kadar dopamine dan serotonin dalam darah meningkat saat seseorang melakukan masturbasi, dan mencapai puncaknya saat orgasme.
Peran aroma merupakan ide kontroversial yang muncul sejak 1971. Manusia diyakini mengeluarkan bau tertentu, semacam pheromone pada hewan, yang bisa membangkitkan gairah lawan jenisnya. Namun, sampai saat ini, ilmu pengetahuan belum sanggup menjawab keberadaan pheromone manusia ini.
Bagaimana prosesnya, yang pasti seks adalah suatu keajaiban. Fenomena misterius, yang menyenangkan, dan terbukti bermanfaat bagi kesehatan. Jika dilakukan dengan sehat dan tepat tentunya.
Firman Firdaus/Hp.