Kalau Ibu Frustasi makin Bahayakan Anak

MENGAPA  anak yang terserang demam dan flu sering disertai dengan selera makannya yang menurun? Bahkan seringkali menimbulkan rasa frustasi ibunya, sehingga akhirnya sang ibu  pun malas menyuapinya makan. Bila sudah begini, bisa-bisa anak akan kekurangan gizi dan daya tahan tubuhnya pun makin berkurang dan semakin sulit sang anak menjadi pulih dari penyakitnya.

Turunnya selera makan itu salah satu penyebabnya adalah karena hidung yang tersumbat akibat flu, sehingga tidak bisa mencium bau lezatnya makanan. Gairah untuk makan pun berkurang.

"Pada dasarnya, flu disebabkan virus yang berkaitan dengan imunitas tubuh. Oleh sebab itu, bagaimana membangun imunitas tubuh dengan baik dengan cara makan makanan bergizi seimbang dan cukup sesuai dengan kebutuhan," kata dokter gizi dr Emi Natalia.

Gizi yang cukup adalah kecukupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. "Kalau anak memiliki gizi yang cukup dengan komposisi seimbang, maka imunitas akan terjaga. Karena gizi yang cukup ini akan berguna bagi seluruh organ tubuh untuk membuat antibodi," ujar Emi.

Dr Emi memberi contoh apabila gizi anak cukup baik maka lever (hati) yang bertugas sebagai penawar racun akan bekerja dengan baik. "Makrofag akan berfungsi mengusir kuman atau racun yang ada di dalam tubuh. Atau asam amino esensial yang bisa  didapatkan dari protein sangat berpotensi untuk imunitas tubuh dan membantu perkembangan otak."

Ditambahkan oleh dr Emi, "Karena badan demam panas, tenggorokkan sakit, bibir kering, sehingga anak jadi takut untuk makan karena rasanya tidak enak dan sulit ketika menelan. Karena itu, sebaiknya ibu menyediakan makanan yang mudah dicerna dan menghangatkan badan. Misalnya sup hangat membuat badan menjadi segar. Bumbunya menggunakan lada juga membantu menumbuhkan selera makan. Walaupun sup tidak terkait untuk menyembuhkan flu tetapi membantu menghangatkan badan."

Mulai dari makanan
Menurutnya, untuk membantu anak pulih dari sakitnya, makan tetap harus teratur dan bergizi. "Yang penting, dimulai dari makanan yang mudah ditelan dan enak di perut, misalnya sup. Tetapi bila dirasakan gizi kurang mencukupi anak bisa diberi suplemen gizi yang mudah dicerna," jelasnya.

Untuk itu, menjaga asupan makanan bergizi dengan komposisi yang dan cukup sesuai kebutuhan sangat mutlak bagi anak-anak di masa pertumbuhannya. Selain itu para ibu juga harus memerhatikan bagaimana cara mengolah masakan agar vitaminnya tidak hilang atau rusak.

"Cara mengolah makanan merupakan faktor penting agar gizinya tidak hilang atau vitamin  di dalam sayuran bisa hilang atau rusak akibat pemanasan yang lama," kata dr Emi lagi.

Ia memberi contoh dalam merebus sayuran atau daging juga perlu diperhatikan caranya. Memasak dengan pemanasan yang tinggi akan cepat merusak kandungan di dalamnya.

"Misalnya daging bila direbus dengan pemanasan yang tinggi atau digoreng dengan minyak yang terlalu panas akan merusak asam amino esensialnya. Demikian juga pada masakannya. Oleh sebab itu, tata cara masak yang benar juga harus diperhatikan agar kadar gizi pada makanan itu tidak rusak, dan memberi manfaat tinggi sebagai asupan gizi," tambahnya.

Ingusan, congekan
Anak yang terkena flu sering kali ditandai dengan munculnya lendir ingus dari hidungnya. Oleh sebab itu, julukan anak ingusan ditujukan kepada anak-anak balita. Ingus merupakan lendir yang semula mencair kemudian mengental.

Dr Jacob Pairunan SpA berpendapat bahwa sebagian besar anak yang ingusan karena flu dianggap bisa sembuh sendiri, karena timbulnya penyakit ini juga mudah. Walaupun ada yang bisa menjadi berat. Untuk itu pentingnya imunisasi pada anak agar memiliki kekebalan tubuh. Selain itu perbaikan gizi pada anak merupakan faktor penting selain imunisasi."

Pada anak-anak yang ingusan tidak harus disertai demam karena virus yang menyerang pun berbeda-beda. "Tergantung dari jenis virus yang menjadi penyebabnya. Memang ada yang ganas virusnya, sehingga terjadi flu berat disertai demam dan ingusan.

Dan biasanya kalau sudah sembuh, tubuh akan membentuk kekebalan."

Ia mengingatkan pula bahwa muncul atau tidaknya ingus serta terjadi atau tidaknya demam pada anak yang terserang flu juga tergantung pada tingkatan gizinya. "Dan ingus pada anak tidak selalu identik dengan flu. Ingus hanya salah satu gejala saja. Karena terjadinya flu bisa disebabkan oleh berbagai macam virus atau bisa juga disebabkan  alergi." 

Mukosa terserang
Menurut dr Thamrin M SpTHT, munculnya ingus itu ketika seseorang terkena flu menyebabkan mukosa hidung terserang virus dan membengkak. Akibat dari serangan virus ini, mukosa membengkak, hidung membengkak, dan menutupi ruang sinus.

Bila sudah demikian, akibatnya ingus tidak bisa keluar dan berkumpul di dalam sinus. "Bila flu ini disertai dengan infeksi sekunder  maka ingus yang tadinya cair menjadi mengental kemudian berwarna kekuningan atau kehijauan," ujar dr Thamrin pula.

Dr Thamrin memaparkan, apabila makin tersumbat karena banyaknya ingus yang  tidak bisa keluar, berdampak  pada terjadinya pengurangan konsumsi oksigen di jalur pernapasan  hidung. Ujung-ujungnya, sinus  pun semakin sakit dan melebar  ke daerah sekitar pipi, hidung, dan  juga telinga, atau bahkan ke belakang kepala.

Apabila peradangan yang disebabkan infeksi sekunder ini menyerang tenggorokan akan terjadi radang tenggorokan atau yang dikenal dengan istilah parangitis.

Namun, sering kali infeksi sekunder ini juga menyerang ke arah muara saluran telinga tuba Eustachian, maka akan terjadi penyumbatan di bagian telinga tengah. Semakin hebat infeksi ini, menyebabkan sinus yang mengental menjadi nanah  atau yang dikenal istilah congek atau kopok.

Anak yang menderita congek biasanya akan kehilangan percaya diri, sebab telinganya keluar cairan warna cokelat kekuningan dan baunya cukup menyengat, sehingga anak tersebut  dijauhi teman-temannya. Dan  anak congekan biasanya kalau tidak segera diatasi  akan kehilangan  pergaulan di rumah maupun di sekolahnya.

Seharusnya, bila kondisi normal, cairan dapat masuk ke dalam telinga dan dengan cepat keluar melalui tuba Eustachian ini, saat anak menguap ataupun menelan. Karena tuba tersumbat dan flu yang menyerang anak tidak juga sembuh, karena adanya infeksi di dalam sinus, membuat cairan tersebut terperangkap di telinga tengah. 

Bakteri akan senang berkembang biak dan tumbuh subur di daerah yang gelap, hangat, dan lembab. Infeksi pada telinga bila tidak segera diatasi bisa meningkatkan ke arah lebih berbahaya.

Infeksi telinga yang paling berbahaya bila tidak segera diobati dengan baik adalah terjadinya tuli atau kehilangan pendengaran, bahkan tetanus. Bahkan, ada kemungkinan nyawa si penderita bisa tidak tertolong. Lebih berbahaya lagi apabila infeksi yang diderita anak adalah infeksi telinga ganas yang dapat menyebabkan abses di otak. Oleh karena itu, semakin dini infeksi pada anak ditangani maka penanganannya akan lebih mudah.

Dr Thamrin menjelaskan, ada beberapa faktor pencetus infeksi telinga pada anak, yaitu terserang flu dan infeksi saluran penapasan atas (ISPA), atau bisa juga bayi yang sering menghirup asap rokok, penggunaan botol pada bayi, dan sebagainya. Namun kasus-kasus yang terjadi lebih sering akibat kurang gizi dan kebersihan lingkungan yang buruk. 

Ada pula laporan yang menyebutkan sekitar 65% bayi-bayi yang berada di tempat penitipan anak (TPA) cenderung menderita setidaknya enam macam infeksi saluran pernapasan di tahun pertamanya dibandingkan 29% anak yang di rumah. Oleh sebab itu, anak-anak dan balita harus mendapatkan tempat yang benar-benar bersih lingkungannya. (Nda/V-1)

Catatan
HUJAN DAN FLU:
Air hujan juga sering dituding sebagai penyebab penyakit seperti flu. Air hujan di kota besar memang umumnya turun membawa polutan. Tapi, untuk anak yang memiliki imunitas tinggi karena asupan gizinya bagus, mereka lebih mampu bertahan. 

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar