ABORSI DAN ABSURDITAS HIDUP
Debat sengit seputar kontroversi aborsi adalah debat tentang makna kehidupan. Tentang batas dari kewenangan manusia dalam menentukan kehidupan. Hal ini sama sekali berbeda dengan sebuah pembunuhan biasa di mana seorang pembunuh mengakhiri kehidupan manusia lain yang juga sudah mengecap kehidupan. Sudah menjadi manusia bukan 'calon' manusia. Perbedaan korban inilah yang membuat aborsi jadi jauh lebih pelik daripada sekadar sebuah pembunuhan biasa.
Persinggungan aborsi dengan soal makna kehidupan juga menjadi makin erat, karena aborsi bermula dari perilaku seks manusia dan konsekuensinya sebagai proses penciptaan sebuah kehidupan dari seorang (calon) manusia baru. Memutuskan aborsi dengan sendirinya lalu berkaitan erat dengan persoalan absurditas hidup yang mempertanyakan. "Apakah hidup ini masih pantas dihidupi atau tidak?" Pertanyaan Albert Camus dalam pemikirannya tentang bunuh diri (suicide) ini, identik dengan pertanyaan. "Apakah janin ini pantas hidup atau tidak?" dalam konteks persoalan aborsi.
Ya, pertanyaan ini memang sangat esensial dan mendasar. Meski manusia memang kerap menjadi mesin-mesin pembunuh seolah mereka adalah natural born killer, tapi untuk menentukan soal 'kepantasan', itu sungguh soal lain. Dalam kaitannya dengan seksualitas manusia hal ini sama dengan kenyataan betapa kita juga tidak bisa menentukan apakah sebuah persetubuhan akan bisa membuahkan anak atau tidak. Atau apakah sebuah persetubuhan akan menghasilkan anak perempuan atau lelaki jadi bila kita bicara soal batas maka barangkali itulah batas kewenangan kita sebagai manusia dalam dan terhadap kehidupan ini.
Apologi moral terhadap aborsi sebagai tindakan menghindarkan dan mencegah bertambahnya kesengsaraan seorang manusia, sungguh sangat lemah. Pada kasus-kasus tertentu apologi ini barangkali bisa berlaku, tapi secara prinsip apologi ini tidak bisa dijadikan landasan untuk menjawab pertanyaan. "Apakah janin ini pantas hidup atau tidak?" Taruhlah hidup itu barangkali memang absurd, tapi dengan begitu apa kita lantas bisa bunuh sana-bunuh sini seperti seorang raja lalim yang seenaknya menangkap orang menyiksa dan membunuhnya? Asal tahu saja hidup ini absurd karena kita memang tidak berkuasa sepenuhnya terhadap hidup itu. Itu kenyataannya.
FX Rudy Gunawan