"SANG PENYELAMAT" TANAMAN OBAT

Perlu sekitar tujuh jam dari Malang untuk sampai di daerah Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, lokasi kompleks Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional berdiri. Udara sejuk berbaur aroma tumbuhan obat kering sebagai bahan jamu plus pemandangan asri bak menghipnotis pikiran semua orang yang datang ke balai di lereng Gunung Lawu itu. Demikian pula kami rombongan dari Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

Sebagai penutup rangkaian perkuliahan Farmakologi dan Pengobatan Tradisional Indonesia yang dibina Dr. Rr Eko Susetyarini, MKes, kami mahasiswa yang berjumlah hampir 100 orang menggelar kuliah kerja lapangan di lembaga yang semula dikenal dengan Hortus Medicus Tawangmangu itu.

Kegiatan ini bertujuan memperkaya kompetensi mahasiswa, sebagai bahan perbandingan antara teori dan kehidupan nyata, serta upaya menanamkan karakter cinta lingkungan dan cinta Tanah Air. Kegiatan ini merupakan agenda rutin Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang setiap tahun.

Berdasarkan penjelasan pemandu kami, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) bermula dari Kebun Koleksi Tanaman Obat rintisan Romo Santoso pada awal tahun kemerdekaan. Semula bernama Hortus Medicus Tawangmangu. Balai ini menggambarkan semangat seorang anak bangsa yang tekun dan sangat mencintai budaya pengobatan nenek moyang. Dia mewariskan semangat  dan kebun pada negara. Mulai April 1948, secara resmi Kebun Koleksi dikelola pemerintah di bawah Lembaga Eijkman. 

Berdasarkan peraturan pemerintah tahun 2006, balai ini resmi bertransformasi, dengan amanah melestarikan serta mengembangkan tanaman obat dan obat tradisional dalam mendukung mengoptimalkan derajat kesehatan masyarakat. Sejak 2010, balai memprioritaskan saintifikasi jamu mulai dari riset etnofarmatologi tumbuhan obat, pelestarian, budidaya, pasca panen, riset klinik-praklinik, teknologi, manajemen bahan jamu, diseminasi, hingga pemberdayaan komunitas.

Sang Penyelamat
Sambil mempelajari detail lokasi, berbagai ruangan pameran, dan informasi koleksi, kami berpikir betapa penting keberadaan balai ini. Sudah saatnya kita sadar akan berbagai potensi milik bangsa dan negara ini. Sudah saatnya kita terpanggil, bangkit, dan terlibat dalam aksi nyata menjaga anugerah kekayaan alam. Apalagi Indonesia memiliki 30.000 spesies atau 10 persen dari total spesies tumbuhan berbunga di dunia. Di bumi Indonesia, tumbuh sekitar 950 spesies yang memiliki efek terapeutik (berkhasiat dalam pengobatan).

Betapa luar biasa jika setiap daerah di Indonesia memiliki koleksi lengkap dan akurat seperti ini. Pasti kita tak akan kalah dengan Tiongkok yang terkenal dengan tanaman obatnya, kini Chinese Traditional Medicine merambah hampir semua daerah Indonesia. Sayangnya, kesadaran akan potensi kekayaan tanaman obat Indonesia seakan luntur.

Kita tak perlu ragu-ragu untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN asalkan sadar akan potensi. Apalagi saat ini tren kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya obat herbal dan bebas dari pajanan kimia sintesis terus bertumbuh. Kesadaran itu muncul manakala membaca berbagai ringkasan dan abstrak hasil penelitian balai yang sekarang berjumlah ratusan.

Sambil berjalan mengamati koleksi tanaman obat di kebun-kebun percobaan, kita akan semakin berpikir bahwa sungguh Tuhan sangat mencintai bangsa ini. Indonesia berada di wilayah strategis di sepanjang garis khatulistiwa, memiliki iklim tropis sepanjang tahun. Keberuntungan eko-geografis tersebut memberi peluang menjadi sentra keanekaragaman hayati tanaman obat.

Tanaman obat adalah kekayaan sumber daya hayati yang mempunyai keunggulan komparatif. Banyak spesies tanaman obat bersifat endemik. Keunggulan lainnya adalah tanaman obat mampu menghasilkan kandungan aktif berkualitas tinggi. Inilah jawaban dari rahasia mengapa sejak dahulu Indonesia menjadi penghasil rempah-rempah kelas dunia dan diincar penjajah.

Akhirnya lewat kunjungan ke balai penyelamat ini kami memperoleh hikmah luar biasa. Sangat tepat janji Sang Pencipta bahwa "tidak diciptakan suatu penyakit kecuali ada obatnya". Mencari obat berbagai penyakit tidak perlu jauh-jauh ke Eropa dan Amerika. Cukuplah cari di sekitar kita. Berbagai obat anti kanker, anti penuaan, fertilitas, anti fertilitas, anti penyakit tropis, anti diabetes, hipertensi, anti penyakit jantung, dan sebagainya ada di alam kita. Lalu, mengapa harus ragu-ragu mengelolanya?

HUSAMAH
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah, Malang 

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar

Mengapa Terlambat Tumbuh?