AIR, DOA, & KESEHATAN ANDA
Riset ilmiah membuktikan bahwa ucapan, musik, niat, kata-kata, dan lingkungan bisa memengaruhi molekul air - menjadikannya berkhasiat atau sebaliknya menimbulkan gangguan kesehatan.
Dalam banyak tradisi, air sudah sering digunakan sebagai penawar atau media pengobatan alternatif. Namun, seorang peneliti dari Jepang, Dr Masaru Emoto, bertindak lebih jauh untuk mengungkap sifat dan khasiat air. Bila segala sesuatu, baik yang ada di dalam dan di luar kita adalah energi - temasuk niat, pikiran, ucapan kita - semuanya memiliki vibrasi atau gelombang yang memancar dan bisa saling memengaruhi.
Itulah agaknya yang mendorong penelitian Emoto yang terangkum dalam bukunya, The Message from Water. Buku itu membeberkan bukti faktual tentang air dan kemujaraban doa, niat baik, musik, dan energi-energi positif lainnya.
Menurut dokter ahli psikiatri Tubagus Erwin Kusuma SpKJ, dari Klinik Spesialis dan Keluarga Prorevital, Jakarta, energi air termasuk energi jasmaniah (physical energy) yang mengandung keenam jenis energi yang terdapat di alam: energi kinetik (perubahan gerak zat), energi termik (perubahan gerak molekul), energi kimia (perubahan gerak atom), energi elektrik (perubahan gerak elektron dan atom), dan energi nuklir (perubahan gerak ini menyehatkan atau mengganggu kesehatannya.
Gugus heksamolekuler
Apa yang kita sebut air secara umum terdiri dari ikatan 2 atom Hidrogen (H) dan 1 atom Oksigen (O) yang membentuk molekul air dengan rumus kimia H2O. Air terdiri dari beberapa jenis gugus molekul. Gugusan molekul besar terdiri dari 13 hingga 15 molekul, sedangkan gugus molekul paling stabil terdiri dari 6 gugus (heksamolekuler), dan yang lebih kecil lagi hanya memiliki 5 atau kurang dari 5 gugus.
Berbagai riset ilmiah telah menguatkan pendapat bahwa susunan molekul air atau gugusnya adalah kualitas terpenting bagi tubuh kita. Gugus molekul lebih besar yang tidak simetris sulit masuk ke dalam tubuh karena molekul-molekul ini akan bertabrakan dengan molekul-molekul dalam tubuh kita. Sedangkan gugus molekul kecil cenderung tak stabil karena mudah menguap. Yang terbaik adalah gugus molekul menengah yang terdiri dari 6 molekul (disebut juga gugus molekul heksamolekuler).
Secara alamiah, gugus heksamolekuler ini terdapat di alam. Sayangnya, air yang terdapat di alam kebanyakan adalah air gugus molekul besar. Besar kecilnya gugus molekul air bergantung juga pada suhu sekitar. Pada suhu 10 derajat Celcius, 96% molekul air bergugus 5, Pada 0 derajat, 90% adalah gugus heksamolekuler, dan pada -40 derajat semuanya heksamolekuler. Maka, kepingan salju adalah gugus heksamolekuler. Mungkin itulah sebabnya, di negeri bersalju, air lelehan salju merupakan air yang dianjurkan diminum untuk kesehatan. Air dari danau, sungai, dan kolam-kolam di pegunungan yang berasal dari cairan salju murni diketahui sebagai air paling menyehatkan, disebut juga "living water".
Berbagai riset ilmiah telah menguatkan bahwa gugus heksamolekuler ini jauh lebih mudah meresap ke dalam sel-sel tubuh dan lebih mudah mengangkut zat-zat sisa pembuangan yang berupa racun. Pada sel-sel tubuh yang sehat terlihat gugus air yang dikandungnya adalah gugus heksamolekuler ini. Sebaliknya, sel-sel di sekitar sel kanker sedikit sekali yang berupa air dengan gugus heksamolekuler.
Aura yang sehat segera mengubah air molekul besar menjadi air heksamolekuler sehingga air itu mampu menghantarkan sari makanan dan oksigen ke seluruh sel-sel dan sebaliknya mengangkut zat-zat sisa berupa racun untuk dikeluarkan dari tubuh kita.
Air & kehidupan kita
Tanpa air boleh dibilang tiada kehidupan. Di dalam tubuh, air menghasilkan darah yang berfungsi mengalirkan sari-sari makanan dan membuang sampah dan racun, mengendalikan suhu tubuh, membantu pencernaan, dan merevitalisasi sel-sel. Makin tua, makin berkurang kandungan air dalam tubuh kita. Misalnya, ketika masih sebagai embrio berusia 7 minggu, tubuh kita terdiri dari 95% air; sebagai bayi usia 7 minggu terdiri dari 75-80% air, sebagai orang dewasa, 65-70% dan sebagai lansia, tinggal 50% saja. Dari persentase itu saja ketahuan bahwa jumlah air menunjukkan kondisi kesehatan tubuh kita.
Air adalah zat yang paling luwes. Bentuk fisiknya mudah sekali beradaptasi dengan lingkungan. Namun, yang gampang berubah bukan saja tampilan fisiknya, melainkan terutama susunan atau gugus molekulernya. Salah satu yang mengubah molekul air adalah vibrasi energi lingkungan. Jadi, air tidak saja mencerminkan tampilan lingkungan tapi juga secara molekuler mencerminkan bagaimana lingkungannya. Berikut beberapa pengaruh lingkungan terhadap air.
PENGARUH AURA. Menurut dokter Erwin Kusuma, air di alam - seperti air salju - menjadi air dengan gugus heksa-molekuler karena bersentuhan dengan sinar solar (foton) dari matahari berupa sinar infra merah jauh, disebut juga FIR (Far Infrared Rays) sinar inframerah dari matahari ini tidak bisa kita lihat dengan mata kita karena berada di 4 oktaf di bawah infra merah yang bisa kita lihat (visible infra red). Sinar infra merah jauh ini pulalah yang diserap oleh tubuh kita menjadi semacam energi elektromagnetik yang mengelilingi tubuh kasar atau jasmani kita, energi ini disebut juga aura - tubuh halus kita.
Untuk memudahkan pemahaman, dokter Erwin seringkali memisalkan tubuh halus yang terbentuk dari virbrasi elektromagnetik foton ini sebagai soft ware (disket) dan tubuh fisik sebagai hard-ware CPU dan printer, sedangkan sang operator adalah diri rohaniah kita yang memiliki kuasa dengan niat.
Salah satu berkah alam kepada kita adalah kemampuan tubuh halus kita berupa gelombang elektromagnetik ini untuk memecah molekul air menjadi gugus heksamolekuler. Itulah yang selalu terjadi setiap kali air memasuki tubuh kita. Ia lebih dulu bersentuhan dengan tubuh halus atau aura kita. Aura yagng sehat segera mengubah air molekul besar menjadi air heksamolekuler sehingga air itu mampu menghantarkan sari makanan dan oksigen ke seluruh sel-sel dan sebaliknya mengangkut zat-zat sisa berupa racun untuk dikeluarkan dari tubuh kita. Sebaliknya, aura yang kurang sehat tidak mampu mengubah gugus molekul air yang besar itu, sehingga ketika masuk ke dalam tubuh, air tak banyak berfungsi untuk menyehatkan sel-sel.
PENGARUH NIAT DAN DOA. Mengapa air seringkali dijadikan sarana pengobatan altenatif? Dokter Erwin memberikan catatan, tentu saja, ada dua kemungkinan yang berproses ketika seorang terapi menggunakan air sebagai sarana pengobatan. Air itu bisa jadi sarana sugesti atau sekadar menguatkan keyakinan untuk sembuh dalam diri klien yang ingin sembuh biasanya sang terapis akan mempersyaratkan air itu harus dalam keadaan tertentu. Pengondisian ini adalah penguatan niat. Bila sang klien mengikuti syarat itu tanpa ragu, niatnya (operator) mampu merekam sendiri program menjadi sembuh. Dalam hal ini, air hanyalah sarana, dan terapis hanya membantu secara sugestif, niat sang klien sendirilah yang membuatnya sembuh lewat sarana air sebagai efek placebo (placebo effect).
Namun, bisa pula sang terapis memang menggunakan air itu sebagai obat. Mereka yang melatih diri dalam menyeimbangkan tenaga elektromagnetik atau tenaga dalamnya (prana, chi) dengan niat dapat menyalurkan vibrasi sehatnya ke air sehingga mengubah molekul air di sana menjadi heksamolekuler. Artinya, orang ini menggunakan diri rohaniahnya, dengan niatnya (memprogram ke dalam disketnya) untuk mengubah molekul air menjadi air sehat heksamolekuler.
Atau bila seorang terapis tidak memiliki kemampuan mengolah tenaga dalam, dia mungkin minta pertolongan ilahi, dengan berdoa. "Doa yang benar (bukan sekadar ritual, tapi kontak langsung dengan Tuhan) dari seorang terapis juga dapat mengubah air menjadi heksamolekuler dengan kecerdasan ilahi.