Perkenalkan: Feromon, Si 'Hormon Cinta' yang Memabukkan!
"Sayang, NGGAK USAH MANDI DULU, YA," ujar Widya Puspita (27), sambil memeluk erat suaminya yang baru pulang kerja. Setiap kali mencium bau tubuh suaminya yang bercampur antara parfum dan keringat, jantung Widya berdebar lebih kencang. Ketertarikan seksual bisa terjadi karena sejuta alasan. Salah satunya adalah zat kimia bernama feromon yang terdapat pada bau tubuh.
BAGIAN DARI CHEMISTRY
Cerita Widya mirip cerita Napoleon Bonaparte yang hidup di abad ke-18. Si pemimpin perang asal Perancis ini pernah menulis surat pendek kepada istrinya, Josephine. "Jangan mandi, saya segera pulang," begitu isi suratnya. Tidak ada yang tahu apa maksud isi surat tersebut, sampai 200 tahun kemudan. Ternyata, bau tubuh Josephine yang membuat Napoleon tak sabar ingin segera pulang dari medan perang.
Menurut konsultan seksual dan androlog, dr. Anita Gunawan MS, Sp.And, ketertarikan seksual bisa datang lewat pancaindra, baik itu mata, hidung, telinga, ataupun kulit. Jadi, tidak aneh kalau kita bisa tertarik pada seorang pria tak dikenal yang lewat, hanya karena baunya memikat.
Organ penciuman manusia tak hanya bisa mengendus bau tubuh orang lain. Hidung kita juga dapat mendeteksi zat pemikat misterius yang disebut feromon. Pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Jerman pada serangga, feromon adalah zat kimia yang fungsinya menjadi daya pikat seksual terhadap lawan jenis.
"Setiap bau yang ditangkap batang hidung akan disambungkan ke otak, yang kemudian akan diproses menjadi reaksi tertentu pada penciumannya. Dalam hal ini, reaksinya adalah gairah seksual," kata dr. Anita.
Pada manusia, feromon dihasilkan oleh kelenjar apokrin (salah satu kelenjar keringat) yang terkonsentrasi di ketiak. Oleh hidung kita, feromon tercium sebagai 'bau' yang khas untuk tiap individu. Meski keluarnya bercampur, zat kimia ini memisahkan diri dari bau keringat dan langsung menguap ke udara akibat panas tubuh. Selain di ketiak, kelenjar apokrin dalam tubuh manusia terdapat di area kelamin, mulut, kaki, dan seluruh tubuh.
Bau feromon setiap orang akan berbeda satu dengan yang lain. "Bau ini hanya meninggalkan sedikit jejak di udara dan tidak terang-terangan tercium. Tapi, biarpun samar-samar, feromon bisa jadi powerful. Zat kimia ini bisa menentukan siapa yang bakal dijatuhi rasa simpati dan siapa yang tidak. Itulah yang disebut romantic chemistry," ungkapnya.
MITOS ATAU FAKTA?
Menurut dr. Anita, kita tidak bisa mencium feromon diri sendiri. Feromon hanya bisa tercium oleh orang lain, baik lawan atau sesama jenis. Hebatnya, zat kimia yang sering disebut sebagai hormon cinta ini mampu mengendalikan berbagai macam emosi yang berpengaruh dalam hal memilih pasangan sampai ketertarikan dan hubungan seksual.
Manusia mengeluarkan feromon setiap saat. Sedangkan pada hewan, feromon hanya muncul setiap menjelang masa reproduksi. Tapi, kenyataannya feromon lebih mudah terdeteksi pada hewan karena biasanya bau tubuh manusia sudah 'terkontaminasi' banyak hal, seperti keringat, parfum, atau bau-bauan lain dari lingkungannya. "Terlalu sering mandi juga dapat membuat feromon kita memudar," kata dr. Anita.
Saat sudah terkontaminasi, bukan berarti feromon tak lagi bekerja. "Seringkali, justru feromon harus dibantu bau-bauan lain supaya bisa memicu gairah penciumnya, misalnya keringat, minyak wangi atau aftershave pria," kata dr. Anita.
Uniknya, ketika kita mencium bau tubuh seseorang, belum tentu, lho, kita akan langsung tertarik dan berdebar-debar. Reaksi penerima atau pencium feromon ini bisa positif dan negatif.
Deasy Novianti (30), misalnya, tidak suka pada bau tubuh suaminya sepulang kerja. "Saya maunya sebelum bercinta dia sudah bersih, mandi, gosok gigi, dan wangi. Bau badannya justru membuat saya turned off," ungkapnya. Dokter Anita menilai, saat itulah otak Deasy bereaksi untuk menolak bau feromon suaminya.
Banyak orang telah memercayai efek feromon, tapi hingga saat ini keberadaannya pada manusia masih menjadi perdebatan. Richard Doty, seorang peneliti dari Penn State University's School of Medicine, Amerika, menyimpulkan bahwa feromon adalah buatan pikiran manusia saja.
Dalam bukunya yang berjudul The Great Pheromone Myth, Richard menjelaskan bahwa interpretasi bebauan hanyalah proses kimiawi yang terjadi di sel-sel otak. Sedangkan perilaku manusia dalam memilih pasangan juga dipengaruhi lingkungan dan kondisi hati saat jatuh cinta. Dalam hal ini, dr. Anita sependapat.
"Feromon bukan satu-satunya pemicu gairah seksual. Hal-hal lain seperti wajah, bentuk tubuh, sikap, pembawaan, karakter, dan penampilan, juga sangat berpengaruh," imbuhnya.
DARIA RANI GUMULYA
WEWANGIAN AFRODISIAK
Banyak produsen parfum yang mengklaim bahwa wangi-wangian tertentu dapat meningkatkan gairah seksual. Tapi, hal ini belum sepenuhnya terbukti. Melati adalah yang afrodisiak alami untuk pria dan wanita yang paling populer. Wangi lavender, jika dicampur dengan minyak atau bunga, kayu cedar, dan patchouli dipercaya dapat membangkitkan gairah pria. Kombinasi wangi lavender dan labu bahkan dipercaya dapat mengobati impotensi pada pria. Kombinasi ylang ylang (kenanga) dan melati juga sering menjadi wangi-wangian sensual oils untuk acara bercinta.