Kapan Perlu Bantuan Psikolog?

Tekanan hidup kadang tak tertanggungkan, Kapan sebaiknya Anda meminta bantuan psikolog?

"Sudah, deh, Yan, buat apa repot-repot ke psikolog, curhat sama aku saja apa enggak cukup? Aku kan sahabatmu," ujar Yanti menirukan kalimat yang diucapkan Winda, saat dia berniat pergi ke psikolog.

Yanti, yang saat itu berusia 32 tahun, merasa tak lagi bisa mencari solusi ketika tekanan dari keluarganya untuk segera menikah kian meningkat. Dia menggambarkan hal itu sebagai suatu rasa yang tak lagi tertanggungkan.

"Winda kan enggak tahu kalau aku harus ekstra hati-hati karena calonku mesti bisa menerima kondisiku yang sudah tidak virgin. Ini sama sekali bukan masalah ketakutan, tapi buatku laki-laki itu mesti memahami semua latar belakang pasangannya dengan baik," kata karyawati sebuah bank yang akhirnya menikah, dan Januari tahun depan usia perkawinannya dengan lelaki asal Australia genap satu tahun.

Saat itu Yanti mengaku sempat ragu datang ke psikolog. Namun, akhirnya dia memutuskan meminta bantuan profesional. 

Setelah datang tiga kali, masing-masing dua jam konsultasi, dia pun merasa lega. Amunisi untuk menghadapi keluarga besar serta bahan untuk menyeleksi calon suami telah ia kantongi. 

"Untung aku enggak kemakan omongan orang. Banyak yang bilang, cuma orang bermasalah berat yang datang ke psikolog. Aku sih belum sampai ke sana, aku cuma butuh pembenaran dan keyakinan tentang apa yang aku lakukan, dan ternyata melegakan," ujar perempuan yang kini bermukim di Perth, Australia, itu.

Apa yang dilakukan Yanti, kata Ratih Andjajani, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, sudah tepat. Ukuran berat tidaknya masalah setiap orang pasti berbeda.

Ketika hati sudah mengatakan butuh pertolongan ahli atau sekadar teman bercerita tentang kisah-kisah yang mengganjal, tapi tak bisa dibagi dengan lingkungan terdekat, datang ke psikolog merupakan langkah terbaik. 

"Yang sekadar sharing dengan psikolog juga banyak," papar Ratih. 

Pada kesempatan berbeda, psikolog keluarga Winarini Wilman Dahlan menyuarakan hal yang sama.

"Tak perlu menunggu punya masalah ke psikolog. Konsultasi secara berkala bisa jadi alternatif untuk mencegah timbulnya masalah yang makin rumit di kemudian hari." Jangan tunggu masalah kian besar. Kalau sudah merasa tak mampu dan butuh bantuan sebaiknya langsung ke psikolog," tukasnya. 

Psikolog dan psikiater

Jadi, sebenarnya kapan kita butuh bantuan psikolog? Sebaiknya mendatangi psikolog atau psikiater? Dua pertanyaan itu sering dilontarkan masyarakat awam. 

Sebagai gambaran, dua profesi itu sama-sama menangani masalah kejiwaan. Namun, seorang psikolog jelas berbeda dengan psikiater, baik dilihat dari latar belakang pendidikan maupun masalah yang ditangani.

Psikiater merupakan profesi yang berasal dari pendidikan kedokteran. Karena itu, masalah yang ditangani biasanya berkaitan dengan gangguan mental. Sementara itu, psikolog merupakan profesi dari pendidikan psikologi yang menangani masalah gangguan emosional. Psikiater diizinkan untuk memberi resep obat pada pasien, psikolog tak punya hak itu.

"Untuk membedakan kapan harus pergi ke psikolog atau psikiater, kita harus melihat indikasi masalah. Jika kita masih sadar kalau punya masalah dan punya keinginan menyelesaikan, kita datang ke psikolog. Namun  ada orang yang menderita gangguan mental dan mungkin tak sadar dia bermasalah, nah, yang ini harus ditangani psikiater," terang Winarni.

Khususnya untuk psikolog, masyarakat sebaiknya memahami bahwa profesi itu juga memiliki spesialisasi. Ada psikolog anak, dewasa, perkawinan dan keluarga, industri dan organisasi, psikolog sosial, dan beragam kekhususan lain.

Karena itu, jika hati sudah bulat membutuhkan pertolongan psikolog, carilah yang memiliki spesifikasi sesuai permasalahan yang dihadapi dan jangan lupa memastikan izin praktiknya.

Rustika Thamrin, psikolog perkembangan Brawijaya Woman and Children Hospital mengungkapkan, tak semua psikolog memiliki izin profesi, sedangkan  mereka yang masuk kategori psikolog science tak diizinkan praktik.

"Jadi, masyarakat harus hati-hati, lho," ujar Rustika mengingatkan. 

iis@mediaindonesia.com

TIPS

1. Pastikan Anda mendatangi psikolog dengn keahlian yang tepat sesuai masalah yang dihadapi. 

 2. Cobalah mencari informasi tentang psikolog yang akan Anda datangi. Rekomendasi akan membuat Anda lebih percaya pada sang psikolog.

3. Percaya dan terbuka dengan psikolog merupakan syarat penting. Tanpa informasi yang benar dan cukup, psikolog tak akan bisa memberi solusi yang tepat.  

4. Psikolog bukan seorang penyembuh. Jangan berharap diberi resep untuk menghilangkan masalah Anda. Psikolog hanya membantu klien untuk melihat masalah secara lebih jelas dari berbagai sudut pandang. Psikolog tidak akan memberi solusi karena pada akhirnya klien yang harus memutuskan sendiri jalan terbaik. Karena itu, sebaiknya klien memiliki keberanian untuk mengambil keputusan setelah mendapat dukungan dari psikolognya.

5. Penyelesaian masalah merupakan proses yang tidak singkat. Jadi, jangan berharap sekali datang masalah langsung selesai. Butuh banyak waktu dan kesabaran untuk menyelesaikan masalah.

6. Berani memberdayakan diri, jangan cepat putus asa dan menyerah.

7. Temui psikolog sebelum masalah kian lebar dan parah. (Zat/M-1)    


Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar