Alzheimer, Penyakit Lansia Penyebab Kepikunan


Penelitian terbaru World Alzheimer's Disease menunjukkan jumlah penderita Alzheimer di Indonesia terus meningkat 20 persen dari 1 juta orang menjadi 1,2 juta orang. Bahkan, Alzheimer's Indonesia mendapatkan laporan adanya (suspect) penderita Alzheimer termuda di Indonesia berusia 22 tahun.

Meningkatnya angka harapan hidup, bak dua sisi mata uang. Di satu sisi menunjukkan kemajuan dan meningkatnya kesadaran akan pola hidup yang sehat, serta keberhasilan perawatan dan pelayanan kesehatan. Namun di sisi lain, melahirkan masalah baru yaitu berlipat gandanya jumlah kaum manula ini.

Diketahui saat ini harapan hidup di negara berkembang hingga mencapai usia 61 tahun dan negara maju hingga usia 74 tahun. Ironisnya, seiring dengan hal tersebut angka kelahiran menurun.

Pada gilirannya, dengan peningkatan jumlah lansia tersebut memunculkan satu problem kesehatan yang cukup besar yaitu tingginya angka penderita Alzheimer. Alzheimer paling sering  ditemukan pada orang tua berusia sekitar 65 tahun ke atas.

Di USA tahun 2000 populasi lansia 12,1 persen, diprediksi pada tahun 2030 ada 70 juta penduduk berusia lebih dari 65 tahun di negeri Paman Sam tersebut. Dari jumlah tersebut sebanyak 69 persen lansia menderita lebih dari satu penyakit kronis. Alzheimer adalah satu dari sekian banyak penyakit yang menjadi langganan kaum lansia ini.

Kondisi yang tak jauh berbeda juga terjadi di Indonesia. Meningkatnya jumlah lansia setiap tahunnya seiring peningkatan angka harapan hidup. Menurut data yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dperkirakan sekitar satu juta penduduk Indonesia menderita Alzheimer pada tahun 2011. Dan diprediksi meningkat mencapai tiga juta penderita pada tahun 2050 nanti.

Alzheimer dikenal sebagai penyakit yang mematikan sel saraf di dalam otak sehingga penderitanya mengalami kepikunan dan tidak bisa beraktivitas sendiri karena kerusakan pada otaknya. Pada stadium lanjut, seluruh aktivitas si penderita akan sangat bergantung pada orang lain. Oleh karena itu, keberadaan keluarga menjadi sangat penting untuk mendukung penderita. 

"Semua organ tubuh manusia dari baru lahir sampai umur 30 tahun berada dalam kondisi yang bagus, bisa dibilang inilah periode terbaik kondisi tubuh secara keseluruhan. Namun, seiring pertambahan usia, mulai terjadi penurunan kualitas dan kondisi organ-organ tubuh," ujar Dr. Abdulbar Hamid, Sp.S (K), staf pengajar Departemen Neurologi FKUI/RSCM kepada Media Kawasan.

Selain pertambahan usia, lanjut dr. Abdulbar, banyak faktor yang ikut andil mempengaruhi penurunan kualitas organ tubuh. Salah satu yang terbesar adalah pola hidup yang tidak sehat.

"Selepas usia 30 tahun, tubuh mulai mengalami degenerasi sesuai pola hidup seseorang. Jika pola hidupnya sehat maka degenerasi bisa diantisipasi dengan baik, sebaliknya pola hidup yang tidak sehat akan mempercepat proses degenerasi tersebut," tegasnya kemudian.   

Belum lagi kondisi lingkungan sekitar yang tidak bisa dikendalikan. Menurut dr. Abdulbar, banyaknya sumber radikal bebas di udara terbuka, juga menambah problem degenerasi organ tubuh. Karena rusak tidaknya organ tubuh sedikit banyak sangat tergantung situasi dan lingkungan.

Sindroma demensia Alzheimer berupa gangguan fungsi memori akibat proses neurodegeneratif yang bersifat progresif lambat disertai oleh lebih dari dua gangguan fungsi kortikal luhur seperti bahasa, visual-spatial, kognisi, emosi, dan kepribadian yang menyebabkan gangguan pekerjaan aktivitas sosial.

Dr. Abdulbar mengingatkan, terapi non farmasi gangguan ini dengan rutin melakukan komunikasi verbal sederhana, identifikasi dan cegah faktor pencetus agitasi dan perilaku agresif, jaga makanan dan minuman tetap sehat, batasi pemakaian obat-obatan, ciptakan lingkungan yang aman, tenang dan kondusif, lengkapi pelindung untuk bebas bergerak dan terhindar dari bahaya, perlu disosialisasikan karena jika terlambat sulit diobati.

Executive Director Alzheimer's Indonesia (ALZI), DY Suharya menjelaskan semenjak gerakan peduli Alzheimer bergulir 2013 lalu masyarakat mulai sadar akan gejala-gejala penyakit yang juga dikenal sebagai demensia atau pikun.

Masyarakat yang awalnya menganggap penyakit Alzheimer itu merupakan hal yang wajar karena faktor risiko usia lanjut kini mulai aktif mencari informasi mengenai pencegahan dan tindakan pengurangan risiko Alzheimer," ujar DY Suharya kepada Media Kawasan beberapa waktu lalu.

Menurutnya, dalam tiga tahun terakhir masyarakat mulai sadar bahwa gejala-gejala Alzheimer bisa tampak sewaktu usia muda. Bahkan ALZI mendapatkan laporan anak muda berusia 22 tahun di Jawa Barat.    

Alzheimer's Indonesia adalah sebuah organisasi non-profit yang bertujuan untuk membantu dan meningkatkan kualitas hidup Orang Dengan Demensia (ODD), Alzheimer, beserta keluarga ODD dan caregivers di Indonesia. Organisasi yang berdiri sejak 3 Agustus 2013 ini didukung oleh relawan dari berbagai usia dan profesional dari berbagai bidang seperti dokter ahli saraf (neurologi), psikiater, psyco-getriatrician atau ahli kejiwaan manula, pengacara, spesialis komunikasi kesehatan, dan para pakar lainnya.

DY Suharya juga menekankan, meningkatnya jumlah penderita Alzheimer Indonesia juga meningkatkan kerugian ekonomi keluarga penderita Alzheimer dari US$ 1,7 miliar menjadi US$ 2 miliar per tahun. Kerugian ekonomi yang timbul karena hilangnya penghasilan bagi Orang Dengan Demensia (ODD), biaya yang dikeluarkan untuk mengurus ODD serta biaya obat-obatan yang harus dikeluarkan.

"Apabila pendampingnya adalah anggota keluarganya, maka kerugian ekonomi yang timbul adalah hilangnya penghasilan dari anggota keluarga yang berubah fungsi dari pekerja menjadi caregiver," ungkapnya.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Prof. Dr Nila F. Moeloek SpM (K) menegaskan komitmen pemerintah untuk terus mensosialisasikan penyakit Alzheimer dari hulu hingga hilir.

"Di sisi hulu, pemerintah telah menandatangani Rencana Aksi Nasional Pencegahan Demensia (National Dementia Plan) yang  akan segera diluncurkan serta memberikan penekanan pada long term prevention berupa tindakan mempersiapkan lansia sehat serta mencegah Alzheimer sedini mungkin," ujar Menkes kepada Media Kawasan yang ditemui di sela-sela acara Jalan Sehat World Alzheimer Month Jakarta beberapa waktu lalu.

Lebih jauh Menkes memaparkan, ada 20 negara di dunia yang sudah memiliki National Dementia Plan, diharapkan Indonesia menjadi Negara ke-21 yang meluncurkannya dalam waktu dekat. Sementara di sisi hilir, pemerintah akan menganjurkan masyarakat untuk hidup sehat dan seimbang dengan mengurangi merokok, alkohol, mengimplimentasikan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) serta mengaktifkan berbagai program olahraga di masyarakat secara regular. 

"Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan ingin menjaga masyarakat agar tetap sehat dan menangani dari sisi hulu maupun hilir bukan hanya untuk penyakit Alzheimer tapi seluruh penyakit di Indonesia," tegas Menkes.

Gejala-gejala khas Alzheimer, antara lain

1. Defisit lebih dari dua fungsi luhur, dalam hal ini memori, bahasa, kognisi, emosi, visuo-spatial.

2. Kemunduran memori progresif.

3. Kesadaran tidak terganggu.

4. Terjadi saat usia 40-90 tahun.

5. Tidak ada gangguan sistemik atau kelainan otak lain yang menyebabkan kemunduran memori.        

     

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar