Separo Penderita Diabetes Menderit Impotensi

DENPASAR (Medis): Para penderita diabetes melitus harap ekstra hati-hati. Soalnya prevalensi penyakit disfungsi erektil atau impotensi yang dialami para penderita penyakit diabetes melitus di Indonesia mencapai 50,9%.

"Ini dikarenakan tidak disiplinnya penderita agar tidak melakukan hubungan seksual tiga jam setelah makan, terutama makanan yang mengandung kadar gula tinggi," kata Ketua Pusat Makanan dan Obat-obatan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Askandar Tjokroprawiro di Denpasar, Sabtu, usai memberikan pengarahan pada Temu Ilmiah Pengelolaan Diabetes Menyongsong Milenium III.

Walaupun banyak obat yang dapat mengobati impotensi, namun tidak bisa dilakukan oleh setiap penderita karena harganya mahal. Oleh karenanya disiplin penderita sangat memegang peranan penting dalam pengobatan impotensi yang merupakan salah satu implikasi dari diabetes melitus.

Menyinggung langkah-langkah yang harus ditaati penderita diabetes agar terhindar dari impotensi, ia mengatakan, ada lima langkah yang harus diikuti di antaranya, makan makanan yang  rendah kolesterol dan lemak, menjauhi rokok dan alkohol serta melakukan hubungan seksual tiga jam dari waktu makan.

Selain impotensi, diabetes juga dapat mengakibatkan penyakit yang menyerang jantung dan otak yang dapat mencacatkan dan menimbulkan kematian bagi si penderita. "Prevalensi penyakit kardiovaskular yang dialami penderita diabetes melitus di Indonesia mencapai 63 persen. Penyakit yang menganggu fungsi jantung tersebut dapat menimbulkan cacat atau kematian bagi penderita," ucapnya.

Untuk menghindari "penyakit maut" tersebut menurut Antara sebaiknya penderita selalu melakukan cek kesehatan rutin terutama untuk penderita yang berumur 40-an tahun ke atas, menjauhi rokok, minuman beralkohol, dan diet dengan tekun dan disiplin. 

Menyinggung pengelolaan diabetes menyongsong milenium ketiga, Askandar mengatakan, yang utama dilakukan oleh para penderta melakukan diet secara teratur dan disiplin agar kadar gula dapat berada dalam keadaan yang stabil, sedangkan untuk calon penderita hendaknya selalu memeriksakan kadar gulanya. 

"Terkadang orang tidak menghiraukan kondisi kadar gula dalam tubuhnya, karena penyakit diabetes tidak dirasakan sebelumnya, sehingga orang atau masyarakat cenderung tidak peduli, padahal dampak dari diabetes dapat mengakibatkan cacat dan kematian. Hal itu disebabkan penyakit diabetes melitus dapat mengganggu fungsi jantung dan otak yang dapat mengakibatkan cacat atau kematian bagi penderita," katanya.

Temu Ilmiah tersebut dilaksanakan SMF FK Universitas Udayana bekerja sama dengan RSUP Denpasar. (N-2)  

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar