Deteksi Cepat untuk Kurangi Penyebaran

JAKARTA, KOMPAS - Deteksi cepat jadi salah satu kunci mengurangi penyebaran tuberkulosis di masyarakat. Indonesia saat ini siap mengadopsi teknik diagnosis T-SPOT.TB yang memberi hasil dalam 24 jam. Teknik ini lebih cepat dibandingkan tes diagnosis sebelumya yang butuh waktu berhari-hari.

"Terobosan baru diagnosis infeksi tuberkulosis sangat dibutuhkan," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Supriyantoro, Sabtu (8/3), di Jakarta pada simposium "Diagnosis Cepat dan Pengobatan Tepat pada Penatalaksanaan Tuberkulosis".

Saat ini, dokter masih kesulitan menentukan kasus TB, terutama pada anak dan pasien dengan HIV. Secara sederhana tes T-SPOT.TB dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien untuk melihat reaksi sel darah terhadap antigen TB.

Dibandingkan tes diagnosis seperti tes kulit tuberkulin, T-SPOT.TB punya banyak kelebihan, seperti hasil diagnosis cepat dan minim efek samping, misalnya alergi dan inflamasi, yang bisa ditemukan pada tes kulit tuberkulin. Selain cepat, akurasi diagnosis T-SPOT.TB sampai 97,1 persen dengan sensitivitas 95,6 persen.

Dokter spesialis patologi klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dalima Ari Wahono Astrawinata, menjelaskan, sampel sel darah pasien ditampung bersama antigen spesifik TB dalam wadah yang dilapisi antibodi interferon gamma (IFN) dan diinkubasi semalam (16-20 jam) dengan suhu 37 derajat  celsius dan suasana CO2 5 persen. Lalu, wadah dibilas dan ditambahkan konjugat antibodi anti-IFN, kemudian diinkubasi lagi satu jam. Berikutnya, wadah dibilas, ditambahkan substrat, lalu didiamkan tujuh menit.

"Reaksinya dibaca menggunakan alat pembaca elispot reader," kata Dalima. Jika hasil reaksi menunjukkan banyak titik (spot) hitam, berarti pasien terinfeksi TB. Jika tidak ada noda hitam, berarti pasient tak terinfeksi TB.

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Arifin Nawas mengatakan, T-SPOT.TB adalah metode terbaik yang dapat digunakan di Indonesia. "Semakin cepat dideteksi, makin cepat pasien diobati. Makin berkurang pula jumlah penularan TB dan resistensi TB," kata dia.  

Penggunaan tes T-SPOT.TB diizinkan Kemenkes pada Januari 2014. Di luar negeri, tes ini digunakan luas 10 tahun terakhir.

Di Indonesia, tiga rumah sakit di Jakarta sudah menerapkan tes ini, yaitu RS Persahabatan, RS Omni Medical Center Pulomas, dan RS Mitra Kemayoran. "Semoga tahun ini bisa dikenalkan ke seluruh Indonesia," kata Arifin. (A06)   

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar