Kala Menopause Tiba
Pertambahan usia bagi seorang wanita bukan sekadar deret angka tanpa makna. Di dalamnya ada fase yang dinamakan menopause. Apa dan bagaimana menopause itu?
Survei yang dilakukan pada tahun 2008 menunjukkan 5.320.000 wanita Indonesia memasuki masa menopause per tahun. Dari angka tersebut 68% menderita gejala klimaterik pada masa menopause, dan 62% saja yang menghiraukan gejala tersebut.
Menurut dr. Eka Rusdianto Gunardi, Sp.OG(K), staf pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM, menopause merupakan masa ketika seorang perempuan tidak lagi mengalami haid sejak setahun yang lalu.
"Menopause atau berhentinya haid seorang perempuan merupakan sesuatu yang normal, artinya semua perempuan akan mengalaminya," ujar dr. Eka kepada Media Kawasan.
Menurutnya, selain menopause alami yang terjadi karena pertambahan usia, ada pula menopause yang tidak alami yaitu terjadi ketika rahim - sebagai sumber haid - diangkat karena sebab tertentu, atau karena rahim tidak lagi berfungsi. Misalnya, karena keganasan mulut rahim atau keganasan organ-organ kandungan lain atau efek pengobatan radioterapi yang membuat rahim kehilangan fungsinya.
Lebih rinci Dr. Marly Susanti, Sp.OG (K), dari RS Hermina Depok, menjelaskan, ada tiga jenis menopause yang dikenal yaitu, menopause dini, merupakan menopause yang terjadi di antara usia 40-45 tahun. Menopause prekoks, menopause yang terjadi sebelum perempuan berusia 40 tahun. Menopause iatrogenic, menopause yang terjadi akibat tindakan radiasi, kemoterapi atau operasi terhadap kedua ovarium.
"Menopause terjadi pada periode waktu tertentu, dimulai sejak menstruasi terakhir, yang diikuti oleh periode tidak haid selama 12 bulan berturut-turut tanpa dijumpai kelainan ginekologi. Sementara perimenopause atau masa transisi, ditandai dengan perubahan siklus haid dan perubahan hormon, dijumpai beberapa tahun sebelum dan 12 bulan sesudah haid yang terakhir," paparnya kepada Media Kawasan.
Dimulainya masa menopause ini, menurut dr. Eka, sangat bervariasi. Umumnya sekitar usia 55 tahun, namun semua tergantung pada banyak faktor. Di antaranya masalah sosial ekonomi. Wanita yang tinggal di pedesaan umumnya lebih cepat mengalami menopause dibanding dengan penduduk kota besar. Hal ini tak lepas dari aspek pola makan penduduk kota yang lebih banyak mengonsumsi makro dan mikro nutrien sehingga gizinya lebih bagus dan lebih sehat. Begitu juga dengan aktivitas yang dilakukan, di kota besar lebih beragam apalagi bagi wanita bekerja yang selalu aktif.
"Kehidupan yang aktif dengan beragam kegiatan dan peran yang dilakukan seorang wanita, membuat hormonnya terus berkembang. Ditambah olahraga yang teratur dan aktivitas fisik lainnya. Itulah sebabnya di Amerika dan Eropa cenderung usia menopausenya bergerak lebih mundur dibanding perempuan Asia, karena pola hidup sehat," ungkap dr. Eka.
Memang tidak ada penelitian khusus soal gaya hidup yang sehat itu, namun logikanya, jika seorang wanita mengalami stres yang tinggi fungsi ovarium terganggu. Harusnya tiap bulan beberapa calon telur berkembang kemudian matang, kalau terjadi pembuahan akan hamil. Jika tidak dibuahi kemudian mati dan keluar lewat haid. Jika ada gangguan stres fisik, emosi, fungsi ovarium, dan sel-selnya terganggu.
Dr. Eka menimpali, gejala paling awal ditandai dengan kekacauan siklus haid sebelumya teratur mulai tidak teratur, makin mundur atau makin cepat beberapa bulan. Pasca menopause, tidak haid disertai beberapa gangguan keriput, perlahan mulai membungkuk. Organ-organ yang berkaitan dengan hormon reproduksi ikut terganggu. Mulai mengalami gangguan penyakit degeneratif seperti hipertensi, stroke, jantung, dan kegagalan fungsi organ lainnya. Termasuk yang paling umum adalah di organ reproduksi, seperti vagina menjadi kering, sempit, berdarah, keputihan, sakit kala berhubungan, hal ini terjadi karena pengaruh tidak berfungsinya si rahim itu tadi.
Intervensi medis dibutuhkan ketika si wanita mengalami banyak keluhan yang menganggu. "Walaupun ada yang menjalaninya tanpa keluhan sama sekali. Intervensi ini dilakukan pada masa perimenopause, ketika mulai ada gangguan haid, emosi yang tidak stabil, mulai curiga yang tak beralasan, merasa tidak dianggap lagi," kata dr. Eka.
"Karena pasca menopausenya berdampak sistemik, sehingga nanti yang terlibat bukan hanya dokter spesialis kandungan saja, tapi ada juga dokter spesialis lain yang menangani masalah osteoporosis, jantung, hipertensi, fungsi saraf, daya ingat, kejiwaan, dan lain-lain. Itulah sebabnya poliklinik menopause mestinya terdiri dari disiplin ilmu lain karena saling terkait," imbuhnya lagi.
Dr. Marly mengingatkan, untuk bisa menghadapi menopause dengan bahagia dibutuhkan dukungan keluarga, lakukan olahraga, terapkan manajemen stres, lakukan diet menopause, kumpul bersama teman, melakukan kegiatan yang disukai, realistis dengan kebutuhan dan harapan.
"Baik pula melakukan serangkaian deteksi dini melalui pap smear, Mammografi, dan USG, setahun sekali," ujarnya mengingatkan.
Selain itu, menurutnya, langkah yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan diet menopause, sangat dianjurkan mengonsumsi makanan yang kaya vitamin E seperti, toge, kacang, telur, dan olive oil. Mengandung kalsium seperti ikan, ragi, susu. Rendah kolesterol yaitu susu rendah lemak. Dan makanan yang kaya phytoestrogen seperti susu kedelai, tahu, tempe, kacang polong, wortel, gandum, jagung, beras merah. Dan makanan dan minuman yang sebaiknya dihindari seperti: makanan pedas, kopi, teh, cokelat, dan alkohol.
Salah satu cara yang dipilih untuk mengatasi menopause pada masyarakat perkotaan adalah dengan menjalani terapi hormon atau Hormone Replacement Therapy (HRT).
"Tujuannya hanya untuk mempertahankan kehidupan yang nyaman saja, jadi kalau tadinya ada kecenderungan menjadi osteoporosis ditambahkan terapi sulih supaya input kalsium bisa masuk ke dalam sel sehingga osteoblasnya bekerja kembali, osteoblasnya tidak sampai menghancurkan tulang, tulangnya bertahan jangan sampai keropos," ujarnya.
"Organ reproduksi pasca menopause cenderung menjadi kering, sakit kalau berhubungan, makanya diberi hormon untuk mengurangi kondisi tersebut, apalagi bagi yang suaminya masih seksual aktif," tambahnya lagi.
"Pengobatan sulih hormon diperlukan bila keluhan klimakterik mengganggu kualitas hidup. Manfaat terapi ini untuk meningkatkan kualitas hidup, mencegah osteoporosis, menurunkan fraktur akibat osteoporosis sebanyak 23% dan fraktur lain sebanyak 24%. Dan menurunkan kejadian kanker kolorektal 37%," dr. Marly menambahkan.
"Juga sebagai kardio protektif dengan memperbaiki profil lemak, memperbaiki fungsi endotel dan reaktivitas vaskuler melalui efek terhadap sel otot polos dan memperbaiki hemostasis," pungkasnya.
Terapi ini masih jadi perdebatan di seluruh dunia, karena efek sampingnya. Menurut dr. Eka, hal ini terkait dengan jenis hormon yang diberikan, bagaimana cara pemberiannya, berapa dosisnya, bagaimana kontrolnya, dan bagaimana persiapan pemberiannya.
Efek samping yang paling dikhawatirkan, menurut dr. Eka, adalah keganasan yang bisa timbul setelah disuntikkan hormon tersebut. Karenanya, tidak boleh diberikan pada mereka yang mulai memiliki tanda-tanda keganasan. Artinya tidak semua wanita menopause membutuhkan terapi ini, kalaupun membutuhkan harus melewati pemeriksaan yang panjang dan kontrol yang ketat.
Menopause merupakan proses alami, semua wanita cepat atau lambat akan mengalami. Bisa mengalaminya dengan santai dan tetap bahagia tanpa keluhan apalagi gangguan. Tapi ada pula yang sebaliknya.
"Karenanya masyarakat perlu diedukasi dan sosialisasi tentang apa dan bagaimana menopause itu. Dan yang paling penting adalah langkah antisipasinya, dengan menjalankan pola hidup sehat sejak muda, setiap wanita bisa membantu melewati masa menopause dengan bahagia," pungkas dr Eka. MK
Catatan:
- Wanita bisa melewati masa menopause dengan bahagia, dengan pola hidup sehat sejak muda.
- Gejala klimakterik, antara lain haid tidak teratur, gejala panas, kurang tidur, jantung berdebar, pusing, mudah pingsan, kulit keriput, libido menurun, gangguan berkemih atau dikenal dengan inkontinensia tidak bisa menahan air seni. Keluhan jangka panjang akibat kekurangan hormon estrogen berupa osteoporosis, penyakit jantung, alzheimer, mata kering, kanker usus, stroke, dan patah tulang.