Manfaat Inversi
ISTILAH inversi kerap diasosiasikan dengan gerakan hand stand atau gerakan menopang tubuh dengan tangan, sedangkan kepala berada di bawah. Padahal, semua jenis gerakan yang menempatkan kepala lebih rendah dari jantung bisa digolongkan sebagai inversi.
Dengan gravitasi menarik tubuh ke bawah, jaringan dan cairan tubuh cenderung terus berkurang. Seiring dengan usia, hal itu berpotensi menurunkan kondisi tubuh, baik secara fisik maupun emosional.
Jadi, tidak hanya menyangkut kulit yang kendur dan makin keriput. Inversi memberikan kebebasan sementara dari efek gravitasi tersebut. Pakar anatomi David Coulter menjelaskan saat badan terbalik, darah akan mengalir cepat ke jantung dan sirkulasi meningkat.
Hal itu membantu tubuh membuang kotoran dengan lebih baik dan mengalirkan nutrisi ke sel tubuh yang bekerja. Dalam kondisi normal, cairan dan darah cenderung terkonsentrasi di paru-paru bagian bawah karena pengaruh gravitasi.
Di sisi lain, inversi juga diyakini bisa meningkatkan imunitas. Dalam International Journal of Yoga yang terbit 2008, ahli biokimia India Sarika Arora dan Jayashree Bhattacharjee menulis bahwa inversi meningkatkan fungsi sistem limpa yang berperan dalam respons imunitas.
Pose inversi sederhana sekali pun dapat membantu kerja jantung karena membiarkannya beristirahat sejenak dari tugas berat memompa darah secara terus-menerus dalam kondisi terbalik, darah akan mengalir ke kepala dan memberi sinyal ke otak bahwa detak jantung dan tekanan darah menurun.
Di sisi lain, penelitian terhadap yoga menunjukkan bahwa inversi juga memperbaiki suasana hati dan mengurangi gejala depresi. Penelitian di University of California, Los Angeles, yang dipublikasikan dalam jurnal Alternative Therapies in Health and Medicine 2004 menunjukkan inversi dua kali sepekan dalam lima minggu bisa membuat hormon stres yang disebut cortisol kembali normal.
Meski banyak manfaatnya, sebaiknya berkonsultasi dulu ke dokter bila Anda ingin melakukan terapi inversi sendiri. Pasalnya, kondisi kronis seperti tekanan darah tinggi, glukoma, atau epilepsi, diyakini bisa berujung fatal bila melakukan inversi. (www.livestrong.com/Her/M-3)
