Neurobic (Olah Otak)
Upaya pencegahan nyeri akibat osteoporosis lewat konsep keserasian terhadap Sang Pencipta, sesama, dan alam semesta ini diharapkan mampu terhindar dari berbagai rasa nyeri.
Kerapuhan tulang atau osteoporosis dapat terjadi baik pria atau wanita. Namun, wanita cenderung lebih rentan terkena gangguan kesehatan tulang ini karena berkait dengan penurunan produksi hormon estrogen (akan semakin berkurang karena faktor usia) yang berperan besar dalam pembentukan sel tulang. Biasanya, penurunan produksi estrogen terjadi pada wanita yang memasuki masa menopause.
Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang, sehingga tulang membesar dan jaringannya menjadi tipis. Dengan sendirinya tulang tak lagi elastis, sehingga mudah patah disertai nyeri yang hebat pada tulang secara merata (pinggang, bahu, lutut, dan sebagainya). Gejala lainnya yang patut diwaspadai adalah mudah patah tulang akibat trauma yang ringan (misalnya di sekitar tulang paha, pergelangan tangan dan lumbal atau bagian pinggang, kemudian tubuh semakin pendek atau kian membungkuk.
Nyeri tersebut merupakan masalah medis yang dapat meningkatkan insiden disability pada seseorang. Nyeri merupakan sensasi individual sehingga bersifat sangat subjektif. Rasa tersebut bisa dibuat seobyektif mungkin sehingga pengobatan dapat dilaksanakan tanpa komplikasi lainnya.
Neurobic atau brain gym (latihan olah otak) bertujuan untuk menjaga otak dengan sistemnya agar tetap bugar serta tetap dapat beradaptasi dengan segala stimulasi baik eksternal (luar) maupun internal (dalam). Hingga berbagai rasa nyeri bisa terhindari termasuk nyeri akibat osteoporosis. Inti dari olah otak itu sendiri adalah keserasian dan hubungan timbal balik antara saraf tepi sebagai reseptor dengan susunan saraf pusat sebagai modulator dan regulator.
Dalam keadaan sehat, kedua hal tersebut dapat berhubungan timbal balik dan sangat bermanfaat untuk kehidupan seseorang di dalam menghadapi rangsangan dari luar maupun dari dalam diri kita sendiri.
Misalnya, hubungan antara perifer dan sistem otak untuk mencegah rasa nyeri akibat osteoporosis yakni, melatih untuk memberikan perintah pada tubuh agar selalu bergerak, misalnya, mengikuti gerakan-gerakan senam osteoporosis yang tepat dan benar. "Latihan otak atau neurobic ini konsepnya adalah mengaktifkan hubungan antara perifer dengan sentral (saraf pusat) karena segala aktivitas berawal dari sentral. Agar sentralnya berfungsi dengan baik, maka ia membutuhkan enerji. Sedangkan enerji sendiri membutuhkan nutrisi, seperti kalsium untuk kesehatan tubuh khususnya tulang-tulang dan persendian," ungkap Dr. Teguh A. S. Ranakusuma, Neurogeriatri di Bagian Neurologi FKUI (RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta)
Keutuhan kedua susunan ini terjamin seiring dengan penggunaan sirkuit yang telah terbentuk. Sirkuit itu sendiri bisa diupayakan dengan cara melakukan hal-hal yang baru dalam kehidupan sehari-hari, mencari dan mempelajari hal-hal yang baru dan lain-lain. Contoh lain dari neurobic untuk latihan osteoporosis adalah mengaktifkan sistem otak dengan tindakan-tindakan kesehatan positif lainnya, seperti latihan beban. Bahkan neurobic dapat menjamin kemesraan keluarga, kemesraan dengan lingkungan dan kemesraan dengan Maha Pencipta. Ranakusuma pun menambahkan bahwa rasa senang bisa membantu otak senantiasa bugar. "Maka penting sekali manusia bersosialisasi, baik secara 'horisontal' ataupun 'vertikal', bahkan pendekatan kemesraan dengan alam sekitar pun berperan mengembalikan otak menjadi lebih segar, metabolisme tubuh lancar, serta mampu memperkuat otot & tulang."
Olahraga salah satu bentuk olah otak
Latihan olahraga adalah bagian yang penting dari pencegahan osteoporosis. Olahraga yang tepat dan benar, tentunya memberikan kejelian dan ketelitian dalam berlatih. Tak hanya sekadar mengetahui latihan mana yang boleh dan tidak boleh untuk dilakukan. Namun juga harus mengetahui syarat-syarat dan fungsi gerakan serta manfaatnya bagi tubuh, sehingga tak hanya hasilnya saja yang dicapai, tubuh pun bisa terhindar dari berbagai cedera! Seseorang yang telah mengalami osteoporosis program latihannya amat berbeda dengan latihan untuk pencegahan osteoporosis. Anda harus mengetahui bahwa ada latihan tertentu yang bisa menimbulkan risiko untuk terkena fraktur, dan harus dihindari tentunya.
Seseorang yang telah mengalami fraktur karena osteoporosis sering mengalami rasa sakit pada waktu melakukan beberapa macam olahraga. Sebaiknya, Anda memulai latihan kembali setelah rasa nyerinya dapat diatasi. Berkurangnya massa tulang akan meningkat bila seseorang tidak aktif (jangan bergerak) dan terlalu lama beristirahat di tempat tidur.
Hindari latihan ini !
1. Jangan melakukan latihan atau olahraga yang memberikan benturan atau pembebanan pada tulang punggung. Aktivitas semacam ini justru memicu lahirnya fraktur pada tulang punggung karena ruas tulang punggung yang telah lemah tak tahan menahan pembebanan tersebut.
2. Jangan melakukan aktivitas fisik yang mengharuskan Anda membungkuk ke depan dari pinggang dengan punggung melengkung (spinal flexion). Misalnya, sit-up, crunch, atau latihan dengan mesin dayung.
3. Jangan melakukan olahraga yang mudah menyebabkan Anda terjatuh. Jadi, hindari berlatih menggunakan trampolin atau senam dingklik (step aerobic), atau berlatih di atas lantai yang licin hingga menggunakan sepatu yang bersol keras.
4. Jangan melakukan latihan yang mengharuskan Anda menggerakkan kaki ke samping atau menyilang badan Anda dengan beban. Pinggul yang telah lemah (khususnya pada wanita usia 40-an) lebih mudah mengalami patah tulang bila melakukan latihan-latihan ini.
Latihan untuk tulang sehat & kuat
1. Lakukan olahraga jalan kaki sedikitnya dengan kecepatan 4,5 km per jam dan jalanlah selama 50 menit. Berlatihlah 5 kali dalam seminggu (tentunya dilakukan secara bertahap). Latihan ini bisa meningkatkan daya tahan tubuh (endurance) dan kelincahan (agility) yang dapat mengurangi kemungkinan jatuh.
2. Lakukan latihan untuk kekuatan. Anda dapat mengangkat beban (drumbel kecil). Fokuskan latihan pada pinggul, paha, punggung, lengan, dan bahu.
3. Lakukan latihan untuk meningkatkan perimbangan dan kelincahan.
4. Lakukan latihan ekstensi punggung. Latihan ini berbeda dengan gerakan fleksi punggung yang harus dihindari. Latihan ekstensi punggung dilakukan dengan sedikit melengkungkan punggung untuk keamanan.
K. Indah K. Wardani