Ingin Cucu Sehat
Pertanyaan P di J: Kami pensiunan guru. Saya baru akan mempunyai cucu sekitar sebulan lagi. Saya mulai membaca cara memelihara kesehatan bayi, pentingnya ASI eksklusif serta imunisasi. Kebetulan. ada teman kantor yang sudah lebih dahulu punya pengalaman memberi ASI eksklusif meski dalam keadaan bekerja.
Saya masih mempunyai pertanyaan mengenai imunisasi untuk cucu saya. Ini disebabkan adanya informasi bahwa imunisasi justru dapat melemahkan tubuh bayi. Bahkan, dapat timbul penyakit-penyakit yang cukup berbahaya, seperti autis. Saya ingin informasi yang benar mengenai manfaat imunisasi serta efek sampingnya, juga kalau bisa, saya ingin tahu imunisasi yang wajib itu apa saja untuk kesehatan bayi. Apakah imunisasi yang tidak wajib dapat diperoleh pada layanan kedokteran swasta. Penjelasan dokter saya nantikan. Terima kasih.
Jawaban DR Samsuridjal Djauzi: Hampir semua negara di dunia ini menjalankan program imunisasi untuk meningkatkan kesehatan bayi di negara masing-masing. Cakupan imunisasi di setiap negara berbeda sekitar 80 persen sampai 90 persen. Jumlahnya puluhan juta orang dan jumlah tersebut terus meningkat karena setiap negara mencoba meningkatkan cakupan imunisasi. Jika cakupan imunisasi tinggi, manfaat pencegahan penularan penyakit juga lebih nyata.
Beragam informasi soal imunisasi dalam era keterbukaan informasi merupakan hal yang wajar. Tidak hanya imunisasi yang dipertentangkan. Namun, Anda tentu setuju bahwa kita perlu memilah informasi yang penting sehingga kita lebih memilih informasi yang berasal dari sumber yang mempunyai otoritas di bidangnya. Untuk masalah kesehatan Anda dapat mengakses sumber informasi Kementerian Kesehatan, Center for Diseases Control (CDC), organisasi profesi kedokteran, majalah ilmiah kedokteran, dan lainnya.
Informasi yang kurang tepat mengenai imunisasi pernah mempengaruhi cakupan imunisasi di beberapa negara Afrika, yang sebagian besar penduduknya Muslim. Akibatnya, beberapa penyakit menular meningkat. Akhirnya, dengan susah payah, pemerintah setempat bersama majelis ulamanya melakukan kampanye untuk menaikkan kembali cakupan imunisasi. Meski berhasil, ribuan bayi dan anak telah menjadi korban.
Edward Jenner, seorang dokter di Inggris dianggap sebagai Bapak Imunisasi karena berhasil melakukan imunisasi variola pada tahun 1721. Namun, sebenarnya sejarah mencatat pada era sebelum Jenner sudah ada kegiatan imunisasi di India, Tiongkok, dan Turki. Pada tahun 1718, anak Lady Wortley Montagu, istri Duta Besar Inggris di Turki, menjalani imunisasi variola. Lady Montagulah yang kemudian mengampanyekan imunisasi variola di Inggris. Jadi, dokter Muslim di Turki termasuk pelopor dalam imunisasi, bahkan sebelum Jenner.
Isu halal-haram
Saya pernah berkunjung ke Kuba beberapa kali, Kita tahu bahwa Kuba adalah (yang dulu) tidak bersahabat dengan Amerika Serikat. Namun, cakupan imunisasinya amat tigggi karena mereka menyadari manfaat imunisasi untuk kesehatan bayi dan anak. Semua negara-negara Muslim di dunia menjalankan imunisasi. Di Indonesia, imunisasi pada anak telah lama menjadi program nasional. Secara bertahap vaksin yang dimasukkan ke dalam program nasional ditambah sesuai kemampuan keuangn pemerintah.
Masyarakat memang seirng beranggapan bahwa imunisasi yang berada dalam program nasional merupakan imunisasi wajib dan di luar itu merupakan imunisasi tambahan. Sekarang istilah imunisasi wajib mulai dihilangkan karena jika dilihat dari segi manfaat semua vaksin yang beredar di Indonesia telah dinyatakan bermanfaat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM). Hanya vaksin teesebut mendapat pembiayaan pemerintah.
Isu lain yang juga sering timbul adalah isu halal dan haram. Sebenarnya majelis ulama kita telah mengeluarkan fatwa yang amat jelas. Kita harus menggunakan vaksin yang halal. Jika ada vaksin yang belum halal, vaksin tersebut boleh digunakan, tetapi dalam keadaan darurat. Jika kemudian ada aksin serupa yang halal, vaksin yang belum halal tidak boleh lagi digunakan.
Pemerintah Indonesia melaksanakan fatwa majelis ulama ini. Bukan hanya dalam penggunaan vaksin kita juga punya pengalaman menggunakan insulin (obat untuk kencing manis) yang dulu berasal dari bahan yang mengandung babi. Namun, sekarang insulin dibuat dengan teknik rekombinan DNA sehingga bebas dari bahan babi. Nah, insulin yang mengandung bahan babi sudah tak boleh lagi beredar di Indonesia.
Sebagai orang yang berkecimpung dalam imunologi (kekebalan tubuh), saya sering ditanya apakah obat herbal dapat menggantikan imunisasi. Obat herbal dapat meningkatkan kekebalan tubuh, tetapi tidak dapat menggantikan imunisasi karena untuk mencegah penyakit diperlukan antibodi yang meningkat tajam. Hal ini belum dapat dicapai dengan hanya memakai obat herbal.
Kita juga boleh merasa bangga karena dalam produksi vaksin, ternyata Indonesia berada di depan. Biofarma, perusahaan pemerintah yang memproduksi vaksin, dikenal sebagai salah satu perushaan vaksin yang termaju di kalangan negara yang sedang berkembang. Semua keperluan vaksin untuk program imunisasi nasional diproduksi oleh Biofarma.
Bukan itu saja, ternyata 70 persen penghasilan Biofarma dari ekspor vaksin. Jadi, kita bangga tidak hanya menggunakan produk Biofarma untuk masyarakat kita, tetapi kita juga mampu berkontribusi dalam layanan imunisasi dunia. Nah, semoga dengan fakta-fakta itu Anda lebih yakin untuk ikut mengkampanyekan imunisasi bagi kepentingan kesehatan masyarakat.