Lupa
"TARO KUNCI DI MANA YA?", "Duh, ponselnya, kok, nggak ada di meja?", "Sori, tadi ngomong apa?" Sering dikatakan, lupa atau kepikunan biasanya jamak diderita para lansia. Namun, jika beberapa gejala lupa ini juga sering dialami oleh orang-orang muda, gejala apa sebetulnya? Adakah istilah medis bagi kepikunan yang melanda orang muda?
LUPA KARENA DAYA KONSENTRASI
Pada orang muda, masalah penurunan daya ingat lebih sering terkait dengan daya konsentrasi yang berkurang. Tanpa disadari, sumber perhatian yang begitu banyak akibat derasnya informasi dari berbagai gadget terkini yang tujuannya memudahkan hidup kita, justru mudah 'memecah' perhatian kita. Tak heran, banyak di antara kita yang menjadi korban memory lost, dalam kehidupan sehari-hari.
Meski begitu, menurut dr. Andri, SpKJ, Kepala Klinik Psikosomatis RS Omni Alam Sutera, gadget canggih Anda bukanlah penyebab menurunnya kemampuan konsentrasi. "Masalahnya, saat seseorang fokus dengan gadget-nya, ia kemudian menutup arus informasi panca inderanya dari yang lain. Makanya, jika saat rapat kita malah sibuk main gadget, kita jadi tidak fokus dengan pembicaraan rapat," jelas dr. Andri.
Salah satu gaya hidup yang turut andil dalam menyebabkan seseorang jadi pelupa, menurut dr. Andri, adalah kurang tidur. Di dalam tubuh, ada dua hormon yang memengaruhi konsentrasi dan memori, yaitu noradrenalin dan serotonin. Pada saat tubuh kurang tidur, produksi kedua hormon ini menurun. Akibatnya, konsentrasi akan menurun.
Kurang tidur memang hanya akan memperburuk kemampuan otak. Karena ternyata, kurang tidur juga membuat produksi zat melatonin menjadi berkurang. Padahal, melatonin memiliki peran penting dalam meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah pikun.
Muncul pertanyaan, apakah mudah lupa ada hubungannya dengan tuntutan multitasking dan multi-thinking yang jamak dilakukan orang zaman sekarang? "Masalah lupa tidak ada hubungannya dengan kedua hal tersebut. Selama seseorang punya daya konsentrasi yang bagus, tidak ada masalah dengan melakukan multitasking atau pun multi-thinking," jelas dr. Andri.
Begitu juga dengan derasnya informasi yang mengalir, entah itu dari televisi, gadget teknologi informasi, media cetak, dan sebagainya. "Otak paham bahwa tidak semua informasi kita butuhkan. Karena itu otak akan memilih mana yang penting dan mana yang tidak. Ketika kita ada ketertarikan terhadap suatu masalah, maka informasi tersebut akan mudah diingat," tambah dr. Andri.
LUPA KARENA GANGGUAN KEJIWAAN
Selain faktor banyaknya pemecah atensi'" mudah lupa juga bisa karena gangguan kejiwaan, penggunaan zat adiktif, konsumsi alkohol berlebihan, atau konsumsi obat penenang tertentu. "Drug dan sabu dapat menurunkan konsentrasi. Lama kelamaan, sistem serotonin dan Dopamin mengalami perubahan. "Ujung-ujungnya Bolot," kata dr. Andri
Penyakit seperti stres, depresi, cemas, Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) pada dewasa, bipolar dan gangguan kepribadian juga punya efek terhadap fungsi kognitif. Bukan hanya menjadikan orang mudah lupa, tapi juga menurunkan daya pikir dan kemampuan menilai sesuatu hal, atau sering salah dalam melakukan sesuatu.
Kapankah gejala lupa bisa dikatakan karena gangguan kejiwaan? "Pada penderita depresi, misalnya dibarengi juga dengan gejala lain. Mood-nya menurun, kecemasan yang berlebihan, dan tak punya harapan masa depan. Pada wanita, prevalensi atau angka kejadian depresi lebih tinggi daripada laki-laki. Dalam tatanan ringan, wanita yang mengalami Premenstrual Syndrome/Premenstrual Dyaphoric Disorder (PMS/PMDD), sering mengalami gejala seperti depresi, walaupun mungkin belum bisa disebut depresi, PMDD itu banyak terjadi. Dan salah satu gejalanya sulit konsentrasi," ungkap dr. Andri.
LUPA SEBAGAI PENYAKIT
Lupa dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang wajar, karena sumber perhatian begitu banyak. Hal ini tidak ada kaitannya dengan kondisi kesehatan saraf. Tetapi, ketika semua faktor pemecah atensi itu sudah dikesampingkan dan seseorang masih lupa juga, dan lupanya bersifat kronis, menurut dr. Muhammad Radhian Arif, Sp.BS, spesialis bedah saraf dari RSCM, Jakarta, berarti ada sesuatu yang salah.
Sistem limbik adalah pusat memori di otak. Selain itu, ia berfungsi membuat perasaan, mengatur produksi hormon, rasa haus dan lapar, dorongan seks, pusat rasa senang dan metabolisme. " Karena otak kita merupakan jejaring yang kompleks, kabel saraf itu juga berhubungan ke daerah lain, seperti jaringan yang terkait dengan fungsi kognitif dan komunikasi. Kalau kedua hal itu ikut terganggu, kita harus curiga ada sesuatu yang terjadi di pusat lupa itu. Ibaratnya kabel yang rusak, ada fungsinya yang tidak jalan," jelas dokter yang akrab disapa dr. Andri.