Ini Penyebab Ginjal Rusak

GINJAL adalah salah satu organ yang krusial. Organ ini bekerja sebagai pusat pengolahan limbah untuk membuang zat-zat sisa beracun.

Dunia kini difokuskan pada masalah penyebaran virus corona, termasuk di Indonesia. Indonesia saja yang di awal Maret baru mengumumkan dua pasien positif Corona Virus Disease (Covid-19), data Jumat (10/4) pasien positif mencapai 3.512 orang dengan pasien meninggal 306 orang dan sembuh 282 orang.

Hikmah dari penyebaran virus corona, masyarakat diingatkan kembali untuk melakukan gaya hidup sehat. Tidak hanya mencegah penularan penyakit menular, tapi juga penyakit tidak menular. Salah satu penyakit tidak menular yang sebenarnya sudah 'familiar' di kalangan masyarakat, namun kadang diabaikan pencegahannya, yakni penyakit ginjal kronik (PGK). 

Penyakit ini tidak bisa diabaikan, ketika ginjal sudah tidak mampu menjalankan fungsinya, fungsinya akan diganti dari luar. Awam mengenal dengan istilah cuci darah atau dialisis yang berfungsi untuk mengeluarkan limbah tubuh.

Menurut Prof. Dr. dr Suhardjono, SpPD-KGH, KGer, penyakit ginjal dapat ditimbulkan oleh diabetes dan hipertensi. Maka, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ginjal adalah dengan mengendalikan kedua penyakit itu.

"Sebab jika kadar gula darah dan tekanan darah tidak terkontrol, lama kelamaan ginjal akan rusak. Kalau mengalami gejala penyakit ginjal atau punya riwayat penyakit ginjal di keluarga, pasien disarankan menjalani pemeriksaan rutin," ujarnya dalam acara Kalbe Peringati Hari Ginjal Sedunia yang diadakan  Kalbe Ethical Customer Care (KECC) dan Indonesia Kidney Care Club (IKCC) di RS St. Carolus, Salemba, belum lama ini.

Salah satunya dengan melakukan pemeriksaan laboratorium sebagai deteksi dini Penyakit Ginjal Kronik (PGK). PGK tidak bisa sembuh akan tetapi bisa dicegah dan dapat dikendalikan. Tujuan pengobatan pun untuk memperlambat penurunan fungsi ginjal dan mencegah dialisis.  

Pencegahan

Dr Suhardjono menyebutkan beberapa pencegahan yang bisa dilakukan. Pencegahan primer misalnya pada populasi sehat. Pada kelompok ini tindakan preventif yang dilakukan ialah menghindari faktor risiko yang ada.    

Caranya dengan berolahraga 150 menit/ minggu atau 30 menit/hari, rutin memantau gula darah dan tekanan darah, serta makan makanan bergizi seimbang. "Jangan lupa minum yang cukup 1500-2000 cc, tidak minum obat sembarangan dan stop merokok, " ujar dr. Suhardjono.

Merokok mengakibatkan hipoksia, yakni kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan tubuh untuk menjalankan fungsi normalnya. Dalam jangka panjang hipoksia sebabkan kerusakan organ termasuk ginjal.

Ia menyatakan penyebab gangguan ginjal paling banyak adalah hipertensi. Bahkan 1 dari 3 orang di dunia menderita hipertensi. Mereka yang sering konsumsi obat penghilang rasa nyeri juga berisiko terkena gangguan ginjal.

Hindari konsumsi gula, garam, dan lemak berlebih. Termasuk makanan berproses seperti makanan kalengan. Dr. Suhardjono menyarankan pasien ginjal untuk mengonsumsi daging putih ketimbang daging merah, sebab daging merah mempercepat penurunan fungsi ginjal.

Tidak lupa menghindari minuman bersoda. Konsumsi obat sebaiknya hanya jika perlu saja, mengingat beberapa jenis obat bersifat nefrotoksik (merusak ginjal) jika dikonsumsi dalam jangka panjang. "Kalau cuma pegal-pegal istirahat saja, jangan minum obat," sarannya. 

Sedangkan pada pencegahan sekunder yaitu pada populasi berisiko ialah dengan melakukan deteksi dini, Ia juga mengingatkan, sebagian besar kasus ginjal tanpa gejala. Gejala baru muncul setelah fungsi ginjal turun hingga 90 persen.

"Pada populasi berisiko yaitu pasien penyakit hipertensi misalnya, sebaiknya rutin cek tekanan darah. Untuk pasien diabetes pencegahan agar tidak komplikasi ginjal adalah dengan memeriksa gula darah berkala. Sementara mereka yang obesitas dianjurkan diet seimbang dan olahraga teratur," paparnya.

Adapun pencegahan tersier pada penderita PGK sendiri, tindakan pencegahan dilakukan guna menghindari terjadi komplikasi. "Pada pasien PGK, harus kerja sama dengan dokter, jangan konsumsi obat/herbal tanpa sepengetahuan dokter, serta lakukan pemeriksaan kesehatan berkala," katanya.

Hari Ginjal Sedunia

Hari Ginjal Sedunia diperingati pada kamis kedua di bulan Maret, tahun ini jatuh di tanggal 12 Maret. Momen ini lebih dari sekadar peringatan karena merupakan momentum untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya pengenalan penyakit ginjal.

Prevalensi PGK atau sering disebut gagal ginjal di Indonesia sebesar 0,2 persen dan prevalensi tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah yaitu sekitar 0,5 persen. Sebanyak 60 persen penderita gagal ginjal itu, harus menjalani terapi dialisis (cuci darah).

Menurut dr. Bettia M. Bermawi, SpPK, Kepala Laboratorium RS St. Carolus, beberapa tahun terakhir jumlah pasien gagal ginjal terus meningkat. Dulu pasien PGK berusia sekitar 75 tahun. Tapi di tahun 2018, dr. Bettia menemukan tidak sedikit pasien berusia 30 tahun lebih. Penyakit seperti diabetes, bisa berujung pada PGK. Bahkan diabetes tipe 2 merupakan penyebab utama PGK. "Sebanyak 44 persen pasien yang menjalani dialisis ternyata penyandang diabetes. Maka itu rutin cek tekanan dan gula darah," ingat dr. Bettia.

Agnes Wiraharja, Head of Kalbe Ethical Customer Care, PT Kalbe Farma Tbk mengatakan, Hari Ginjal Sedunia rutin diperingati oleh KECC dan IKCC.

"Kami terus memberi semangat agar para pasien ginjal tidak putus asa dan tetap produktif dalam menjalankan aktivitas. Diharapkan lewat kegiatan ini masyarakat tergerak memperbaiki gaya hidup sehari-hari agar terhindar dari penyakit ginjal," kata Agnes. (Iis)          

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar