Mengapa Saya Mudah Putus Asa?

PUTUS asa terjadi ketika seseorang merasa tidak ada jalan keluar lagi. Ekpresinya bisa berupa sikap yang berubah menjadi apatis dan pasif. Merasa kehilangan semangat untuk melakukan sesuatu dan hanya berdiam diri saja. 

Itu bentuk putus asa tingkat awal. Sedangkan pada tingkat yang tertinggi, seorang yang putus asa akan memiliki keinginan, bahkan tindakan yang nekat untuk bunuh diri.

Baru-baru ini seorang ayah berusia 60-an ditemukan tewas gantung diri. Istrinya tampak sangat histeris dan belum dapat memahami mengapa semua ini terjadi, mengapa suaminya bisa mengambil jalan pintas. Padahal sehari-hari ia dikenal sebagai seorang yang pendiam dan sangat sabar.  

Ternyata laki-laki itu putus asa karena anaknya kecanduan narkoba. Rasa putus asa ini mencapai puncaknya. Sayang sekali, ia kehilangan harapan dan tidak bisa menemukan jalan keluar. Rasanya tidak seorangpun dapat menolong dan memberinya solusi. 

Tanpa disadari, rasa putus asa dapat menggerogoti kehidupan siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Tekanan kehidupan yang semakin  berat rupanya memberikan dua plihan kepada kita. Menjadi lebih kuat dan mampu untuk survive, atau sebaliknya menjadi rentan dan rapuh. 

PENYEBAB

1. Tidak memiliki mental pemenang

Ada pepatah berkata "A looser let things happened, but a winner make things happened." Seorang pecundang membiarkan sesuatu terjadi begitu saja. Tapi seorang pemenang membuat sesuatu terjadi. Seorang pemenang tetap memiliki harapan dan motivasi, sedangkan pecundang tidak. Itulah letak perbedaannya.

Seseorang yang tidak memiliki mental pemenang segera merasa putus asa saat mengalami kegagalan, karena ia tidak sanggup memandang kegagalan sebagai ibu keberhasilan.

2. Terlalu fokus pada kelemahan pribadi

Mengapa kita mudah merasa tidak percaya diri karena kekurangn atau kelemahan yang dimiliki? Karena lingkungan selalu menuntut dan menghakimi kita. Keberhasilan menerima pujian dan sanjungan, sedangkan kegagalan selalu mendapat cemoohan. 

Orangtua, guru, atasan, masyarakat hanya bertindak sebagai penilai prestasi kita. Tidak mengherankan jika kita menjadi lebih terpaku dan merasa takut pada kelemahan yang ada. Akibatnya kita mudah dicekam rasa putus asa karena tidak mampu melihat  kekuatan dan kelebihan pribadi yang dimiliki. 

3. Komunitas yang negatif

Kita dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki sikap mental dan nilai yang berbeda. Kalau tidak memilih komunitas dengan baik, kita akan terjebak dalam lingkungan pergaulan yang negatif. Percakapan dan pola pikir yang hanya berkisar seputar kegagalan, mimpi-mimpi tanpa pelaksanaan, kekhawatiran, dan sikap yang pesimistis.

Itu yang menyebabkan seseorang menjadi takut, ragu-ragu, dan tidak percaya diri. Cepat atau lambat komunitas memengaruhi pandangan dan gaya hidup seseorang. Karena sikap dan karakter itu efektif menular. Kita sulit memperoleh motivasi positif di tengah-tengah lingkungan yang negatif. 

SOLUSI

1. Membangun antusiasme dan harapan 

Muslich adalah pemilik pabrik keripik singkong Cap Payung di Magelang. Dulu ia hanya seorang perantau, jadi kulit bangunan di Jakarta karena cuma berijazah SMP. Bosan menjadi kuli bangunan yang berpindah-pindah selama tujuh tahun, Muslich memutuskan untuk menjadi pedagang.

Ia mulai dengan menjadi pemasok perantara keripik singkong di beberapa warung. Ternyata cukup laku. Lalu ia mulai membuat keripik sendiri. Dari membeli singkong, mengupas, mengiris-iris hingga menggoreng, mengemas, dan menjajakannya sendiri. Ia memiliki harapan dan cita-cita untuk mengubah nasib dari sekadar menjadi kuli.

Kerja keras disertai semangat yang dimiliki membuahkan hasil. Saat ini pabriknya ada di Magelang dan omzet tahunan Rp 4 miliar. Keripik singkong Muslich berhasil menembus pasar ekspor hingga ke Amerika, Kanada, Eropa, dan Timur Tengah. Bukankah cita-cita dan harapan bagaikan api yang terus menyalakan semangat kita?

2. Melatih potensi menjadi kompetensi

Tidak selalu potensi kita terasah menjadi kompetensi saat ada di bangku sekolah. Tampaknya kompetensi lebih sering 'jadi' justru ketika kita berada di lapangan. Potensi seumpama lempengan logam yang belum ditempa menjadi pedang. Sudah memiliki bentuk dan merupakan suatu aset, namun belum dapat difungsikan.

Potensi yang dilatih dan terus dikembangkan akan menjadi kompetensi. Suatu kemampuan untuk berkarya dan berprestasi. Ini akan membangun keyakinan kita dan membentuk mental 'I can'. Mental 'saya pasti bisa' ini merupakan senjata paling ampuh untuk mengalahkan setiap rasa putus asa yang sering  menghambat kita.

3. Menemukan komunitas positif

Ada sebuah ilustrasi menarik tentang bagaimana angsa-angsa di negara empat musim melakukan migrasi. Ketika musim dingin tiba, dalam jumlah besar mereka harus terbang berpindah ke daerah lain yang lebih hangat. 

Dengan konfigurasi terbang yang unik dalam pola segitiga, mereka bisa menembus kekuatan angin. Selain itu rombongan angsa juga saling memerhatikan sesamanya. Jika ada angsa yang kelelahan maka ia akan didampingi oleh dua rekannya bersama-sama. Komunitas yang positif akan mendukung kita ketika menghadapi tantangan.

Jakoep Ezra MBA, CBA, Character Spesialist

KATA-KATA BIJAK

Keputusasaan bukan hal yang permanen. Keyakinan dan dukungan yang positif disulut oleh harapan dan cita-cita akan kembali menyalakan semangat yang baru. 

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar